Tsitsipas pun mengatakan bahwa di set ketiga dan seterusnya dia seperti melawan orang yang berbeda dengan Mas Djoko di set kedua. Â
Dan, si Novak ini memang sepertinya bisa mengambil inspirasi dari mana saja. Di akhir pertandingan dia memberikan raketnya ke seorang anak kecil.Â
Menurutnya, itu adalah wujud apresiasinya karena selama pertandingan si anak selalu mensupportnya. Novak mendengar teriakannya menyemangati dan bahkan semacam pelatih yang memintanya untuk memperhatikan servisnya atau mengarahkan pukulannya.Â
Si anak kegirangan mendapatkan raket final Novak Djokovic dan kita semua mendapat suguhan adegan yang membuat gembira sisi kemanusiaan kita. Ahai...
Sementara itu,
Bagi Stefanos Tsitsipas, ini tentu sebuah pengalaman yang sangat menjengkelkan. Lha bagaimana tidak menjengkelkan, final sudah unggul dua set tinggal selangkah lagi, eh ambyar pula pada akhirnya. Jengkel donk? Masak enggak?
Pengalaman menjengkelkan tapi sangat berharga.
Pengalaman yang dapat ia ambil adalah, di final Grand Slam sebelum tiga set dimenangi maka kemenangan belum diraih dan bisa saja dia kalah walaupun sudah unggul dua set.
Di interviu lapangan, Tsitsipas bilang sangat terinspirasi dengan Novak dan berharap paling tidak dia bisa mencapai setengah dari apa yang sudah Novak capai.Â
Setengahnya itu berarti 9 atau 10 juara Grand Slam, itu sudah melebihi raihan Andre Agassi, Ivan Lendl atau Jimy Connors. Wow banget kan, separonya Djokovic saja sudah melebihi para legenda!
Selanjutnya, setelah tahun lalu tidak digelar karena covid, turnamen Grand Slam Wimbledon akan digelar lagi dua minggu kedepan. Waktu yang menurut Novak sangat pendek kalau dihitung dari final Roland Garros ini.Â