Hasil studi di pulau jawa pada tahun 2019 menunjukan bahwa meskipun mereka memiliki pendidikan formal yang lebih rendah disbanding kelompok yang mampu, orangtua kelompok miskin tetap peduli dengan masadepan dan pendidikan anaknya.
Berbicara keberhasilan, banyak diperoleh dari cara lain, mendapatkan ilmu dan skill ditempat yang lain tidak hanya dibangku sekolah atau kuliah.Â
Sebagian dari mereka juga peduli dengan pendidikan, keinginan untuk berpendidikan terus ada pada benak mereka sebagai bentuk kepedulian pada kondisi mereka sendiri. Hanya kondisi ekonomi seringkali jadi pemicu terputusnya pendidikan mereka dengan pendidikan.
2. Mereka terlalu malas
Stigma ini tidak selalu benar, ada beberapa macam kemiskinan diantaranya adalah kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang secara mental, mindset dan lingkungan mempengaruhi kondisinya, kemalasan termasuk pada kemiskinan kultural.
Namun perlu diketahui juga bahwa dari jenis kemiskinan itu ada kemiskinan structural atau kemiskinan yang terjadi akibat kebijakan-kebijakan penguasa, dampak negatif pembangunan yang tidak memperhatikan hal hal kecilnya, regulasi yang kurang berpihak pada kesejahteraan masyarakat. Faktor dari luar inilah salah satu yang membuat individu atau kelompok menjadi tidak sejahtera.
 Berbahaya saat stigma ini diucapkan pada mereka yang dalam kondisi kemiskinan. Dalam pertemanan misalnya, akan berpotensi pada merenggangnya kedekatan yang semula harmonis.
3. Mereka terus berkebiasaan buruk.
Banyak faktor yang menjadikan sesorang menjadi kelompok atau individu menjadi miskin. Kelompok miskin tidak selalu identik dengan pemukiman kumuh, tidak bersih dan kebiasaan buruk yang dianggap oleh sebagian oran mampu.Â
Pada beberapa temuan yang dilakukan penulis pada kelompok dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi menunjukan bahwa mereka hanya melakukan apa yang mereka mampu dengan kesederhanaan yang dimiliki, bersih dengan kemampuannya, kerja dengan seperangkat intelegensinya yang sederhana, mereka bekerja dan melakukan sesuatu sesuai kemampuan ekonominya.
Dari tiga stigma itu akan rentan terjadinya perpecahan apabila secara langsung banyak dilempar pada mereka kelompok miskin, berkurangnya rasa menghargai sesama akan terjadi apabila stigma negatif ini terus ada dan ditunjukan pada mereka yang memiliki perbedaan kondisi ekonominya.