Mohon tunggu...
Yhana Ghalingga
Yhana Ghalingga Mohon Tunggu... Freelancer - Freewriter

menulis ketika suara tidak lagi terdengar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paranoid In The Jungle

10 November 2016   10:46 Diperbarui: 10 November 2016   11:04 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Paranoid of the Jungle (cerpen)

Pagi itu, si rusa baru saja selesai merumput, rumput segar yang masih ada titik-titik embun, harum rerumputan menyemangati dirinya untuk aktifitas hari itu, sambil mengirup udara segar dan hangatnya mentari yang menyinari badannya, dia sudah siap untuk melanjutkan kehidupan rutin di pinggiran hutan tropika yang mulai meranggas karena kemarau. Walau dia menyadari bahwa padang rumput tempat mereka mencari makan sudah semakin habis dan menguning karena kemarau yang berkepanjangan disebakan oleh gejala elnino dan perambahan manusia untuk membuat tempat tinggal.

Di kejauhan tampak ada ilalang yang bergerak-gerak menuju dirinya, telingan dan matanya siap siaga dengan endusan hidungnya membaui siapa yang bergerak dibalik ilalang yang tinggi itu, Apakah seorang teman atau sang pemangsa. Ternyata yang badak yang muncul dengan terengah-engah mendekati sang rusa. Sang badak dengan kata-kata yangn timbul tenggelam menyampaikan informasi bahwa sang rusa dicari oleh si srigala untuk menghadap dirinya ada hal yang penting katanya.

Si rusa dirinya merasa heran, karena tumben dirinya dalam komunitas perhewanan menjadi perhatian si srigala, karena dia selalu mejaga diri untuk tidak terlalu dekat dengan kalangan mereka, selain sebagai pemangsa mereka juga suka culas pada teman, di depan merasa dirinya sangat baik tapi di belakang menelikung berkompirasi mencari muka pada sang raja hutan untuk tetap mempercayai dirinya sebagai bagian dari tangan kanan atau tim si raja hutan.

Si Rusa  dengan agak berbegas pergi menuju tempat si srigala bersingasana di dekat hutan sebelah selatan, mereka menempati daerah tersebut karena dapat dengan mudah mengawasi para kawanan hewan yang keluar masuk hutan, jika ada hal-hal yang bisa merugikan dirinya bisa dengan cepat meresponnya. Selain pandai melakukan pengawasan si srigala juga menyebarkan para telik sandi untuk menjadi informan dirinya, tentunya mereka adalah para hewan yang pendukung setia juga para hewan bermain licik juga untuk menyelamatkan dirinya dan kemungkinan karier mereka di dunia perhewanan.

Lingkaran si srigala bisa dilihat dengan jelas oleh para hewan lainnya, selalu berkumpul pada suatu tempat, apalagi jika disana ada sumber makanan, mereka akan berpesta pora. Si srigala memang pandai mengambil hati para kawanannya juga hewan-hewan di luar lingkaran mereka, pandai memilih kata-kata untuk membujuk terkadang memojokan kawanan hewan lain dengan kata-kata yang sepertinya bijak.

Si Rusa sudah ada dihadapan si srigala, dengan duduk sedikit diangkatkan dagunya untuk menunjukan dirinya adalah sang pemimpin bertanyalah dirinya pada si Rusa.

“Rusa, saya dengar kamu dari beberapa hewan kepercayaan Sang raja sedang  berkonsfirasi dengan dengan kawanan hewan lain di hutan sebelah untuk melakukan kegiatan melawan aturan yang aku taati karena titah sang Raja Hutan”, kata Si Srigala.

“Apakah Itu tuan Srigala” ? Tanya Si Rusa.

“Kamu katanya mendatangi dan mempengaruhi kawanan-kawanan hewan, untuk berpindah ke hutan di pulau seberang, yang memiliki Sang Raja hutan baru, lebih bijak dan cerdas,” kata Srigala.

“Maaf tuan srigala, jika tuan mendengar atau mendapatkan informasi itu, saya rasa sangatlah keliru, karena saya adalah salah satu hewan yang tidak antusias bila bicara hal-hal konfirasi yang tidak jelas.”jawab si Rusa.

“ Rusa, Informasi ini saya dapati langsung dari tangan kanan sang raja Hutan, dan kamu yang salah satunya disebutkan, Saya jadi merasa tidak enak dengan sang raja hutan, karena kamu rusa ada di wilayah hutan yang saya awasi dan kelola, tapi jika itu tidak benar, biar saya akan memberikan penjelasan pada Sang raja Hutan.” Kata Srigala.

“ Tuan Srigala yang terhormat, saya adalah hewan yang hanya antusias memikirkan keberlangsungan  kehidupan pribadi dengan lurus, amanah, untuk lingkungan dan keluarga. Memikirkan untuk loncatan karier dengan hal-hal yang gelap, kotor dan penuh konfirasi adalah masa lalu yang telah ditinggalkan. Jika mengingat sisi gelapku di masa lalu, pada saat hidup dalam lingkungan hutan savanna di negeri seberang, mungkin rasa kesamaan hewani terlupakan, menganggap mereka seperti bebatuan atau debu-debu savanna yang tidak berarti bagiku, aku seperti raja kecil di padang savanna yang bisa dengan seenaknya membunuh karakter suatu hewan, bahkan mengucilkannya, karena kedekatanku dengan sang raja savanna, saya dikelilingi oleh hewan-hewan yang tunduk dan nurut untuk diperintah, karena mereka menginginkan sesuatu dariku.

Si rusa yang mempesona dan serba bisa, pernah melekat pada diriku, saat itu sepertinya tidak ada yang terbaik selain diriku, saya dihinggapi kesombongan, egois dan serba kuasa. Tuan srigala yang terhormat, akhirnya pada suatu waktu tuhan menegurku, bahwa semua karier, kekuasaan, tidak ada artinya jika keluarga menjadi kacau, lingkungan tetangga tidak mengenal kita, dan kita terasing dilingkaran hutan yang memiliki sipat hewani yang agung.

Saya memutuskan untuk menjalani kehidupan hewani ini dengan normal, meninggalkan sang raja savanna yang telah saya bela mati-matian dari segala serbuan fitnah, gosif, dan kecurangan-kecurangan. Karena saya menyadari sang raja savanna hanya memanfaat keahlihanku dan kecerdasanku untuk kelangsungan dia bertahta. Saya pindah ke hutan ini, karena ingin menjalani kehidupan yang menyegarkan, makan rumput segar, air embun pagi yang masih suci, dan sinar matahari yang indah menembus pepohonan menghangatkan tanah-tanah hutan yang basah dan lembab,” jelas si Rusa.

“ Baiklah kalau gitu Rusa, saya akan sampaikan hal itu pada sang raja Hutan, “ tutur si srigala.

Sejak hari berdialog dengan si srigala, si rusa tetap menjalani kehidupan normalnya, karena memang segala hal yang dituduhkan kedia tidaklah terbukti, mungkin hanya paranoid dari beberapa telik sandi yang memang mencari muka pada srigala. Si Rusa sekarang menyadari bahwa semua pohon-pohon dan rerumputan di hutan tersebut, bisa mendengar dan merekam semua pemicaraan para hewan, untuk dilaporkan pada si srigala.

Apalagi jika melihat sang badak, sangat kentara untuk mengabdi pada srigala, segala hal dia lakukan karena takut, lumpur tempat dia mandi, kehilangan airnya menjadi kering dan tandus. Si badak berlari kesana kemari, mengendus bahkan menabrak segala hal kenormaal dalam keidupan hewani, hingga dia mungkin melupakan dirinya sudah tua, dan seharusnya menjalankan kebaikan atas lingkungan hewan disekitarnya. Para hewan terkadang menggerutu dan merasa kasihan pada si badak atas segala tindak tanduk kehidupannya. Si burung beo yang merupakan sobat konfirasinya pun selalu saja menyalahkan si badak yang terlalu badak katanya.

Part 2

Pesta pemilihan Raja Hutan telah usai, raja lama kepilih kembali bertahta, karena lawannya adalah hanya boneka dari kekuasaannya, agar sang raja terpilih kembali. Para hewan yang menjadi kaki tangan sang raja hutan kembali berpesta karena tidak akan kehilangan lahan untuk mereka mencari makanan yang lebih dari sekedar yang disediakan. Hewan-hewan yang menjadi tangan kanan dan kepercayaan sang raja hutan makin menancapkan kuku-kuku kedekatannya untuk mengancam dan makin meninggikan untuk dihormati para bawahan.

Sang Raja hutan malu untuk mengadakan pesta kemenangan, entah mengapa ?, tidak seperti yang pertama saat meraih kekuasaan sampai pesta di jalan-jalan hutan, padahal situasinya hampir sama persis meneruskan trah keluarga untuk tetap menjadi penguasa.

Si rusa yang berada di area hutan yang di kuasai oleh salah satu tangan kanan si raja hutan, yaitu si srigala dapat melihat makin pongahnya dia, karena rajanya tetap sama. Tiada hari waktu selalu mengatakan aku akan naik jabtan lagi menjadi lebih kuasa dan memiliki daerah yang luas serta kewenangan yang hebat. Para hewan penghuni hutan yang dekat dengan si srigala juga berpesta karena akan tetap dipelihara untuk menjadi pesuruh jinak untuk diperbudak. Tetapi memnag ada sebagian para penghuni hutan tersebut yang merasa biasa saja atas masih terpilihnya raja lama untuk memimpin hutan, karena mereka menjadikan dirinya sebagai kaum yang menyadari dan profesional akan keberadaan dirinya di hutan tersebut. Karena itu baian dari kejadian yang berulang dan berkala tak perlu terlalu repot, yang penting kerja dengan hasil yang terbaik.

Hampir sepertumbuhan pohon jagung, gonjang ganjing itu mulai muncul, karena terjadi perputaran area kekuasaan pengelolaan hutan, banyak dari para pengelola sektor-sektor hutan berpindah tempat, tanpa di duga, banyak hewan-hewan baru yang menjadi pengelola sektor hutan, tentunya juga ada para pengelola sektor hutan yang berhenti dipercaya oleh sang raja hutan, dan menjadi sang penunggu kematian karier.

Halilintar yang menakjubkan terjadi di area hutan si srigala, semua hewan seperti tidak percaya, bahwa sri srigala juga ikut menjadi bagian dari perputaran sektor wilayah, namun berputar hanya pada sektor wilayah dalam tingkat yang sama, tidak seperti yang dia sering gembar-gemborkan bahwa akan naik ke level yang lebih tinggi. Dalam suatu pertemuan perpisahan sang srigala berkata dengan jujur dan penuh rasa sakit akan perpindahan sektor hutan yang dia kelola, dengan haru biru dan tetesan air mata mengatakan semua itu memang harus dia jalani, walua di sudah sangat dekat dengan si raja hutan, tetapi aturan pemimpin yang maha tinggi tidak bisa di langgar oleh sang raja hutan.

Raja hutan harus tunduk pada aturan terbaru yang di tetapkan oleh sang maha tinggi. Para hewan yang pro dan kontra dengan si srigala saling berdebat dan mempertahankan analoginya, dengan kasak kusuk maupun terbuka, tetapi yang pasti yang pro akan melasa kehilangan karena harapan dan kebaikan yang telah diberikan kepadanya dari si srigala tak mungkin sama lagi dengan datangnya pengelola sektor hutan yang baru. Hewan yang pro merasakan ada cibiran dari para hewan yang lain yang sekarang berlomba menjadi yang terdekat dengan pengelola sektor hutan yang baru.

Si rusa hanya tersenyum melihat situasi ini, dia masih tetap seperti biasa, berada dalam pusaran yang nyaman dengan dirinya, tidak kemana-kemana menikmati hutan dengan caranya sendiri. Mungkin juga dia sedang menyiapkan rencana lain yang hanya dirinya saja yang tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun