Dari segi (Promotion/Promosi), Kampanye anti pelecehan seksual yang dihelat oleh KCI, MRT, TJ dan setiap operator sudah menjadi sarana promosi untuk semakin meningkatkan pengguna jasa angkutan umum, tempat nongkrong di halte busway bundaran HI, dan shelter-shelter busway instagramable yang terintegrasi dengan stasiun KRL dan MRT juga menjadi sarana promosi yang tepat yang dilakukan oleh Trans Jakarta. Operator tidak usah repot promosi dari awal, karena sudah pasti akan ada yang menggunakan bus Trans Jakarta maupun KRL, tinggal bagaimana merawat pengguna jasa yang sudah menjadi pelanggan.Â
Yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah operator penyedia jasa angkutan umum sudah mampu menciptakan 3P Process, Physical Environment dan People untuk menciptakan bauran pemasaran yang tepat.Â
(Process/Proses) Dalam hal ini saya melihat dari fakta empiris yang ada bahwa dalam setiap moda transportasi sudah memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa angkutan, bagaimana untuk membeli tiket, dan taping tanpa ada antrian karena di stasiun-stasiun KRL yang sangat aktif, PT.KCI sudah menyediakan lebih dari 10 gate untuk tap in dan tap out, demikian hal nya di MRT Jakarta dan LRT sudah memberikan gate yang memadai untuk flow pengguna jasa angkutan KRL.Â
Terkait dengan (Physical Environment/ Bukti Fisik) Trans Jakarta, masih belum menyediakan gate sebanyak itu, perlu disadari juga karena beberapa kondisi halte Trans Jakarta masih kurang memadai untuk flow pengguna jasa. Konsistensi pemerintah diperlukan disini, jika memang ingin memindahkan pengendara kendaraan pribadi ke kendaraan umum, fasilitas kendaraan umum harus ditingkatkan, supaya pengendara kendaraan pribadi benar-benar beralih ke transportasi umum.Â
Faktor yang tidak kalah penting adalah (People/Orang) dalam hal ini adalah orang-orang yang menjadi wajah dari operator penyedia jasa angkutan umum di bidang pelayanan pelanggan, seperti Petugas Ticketing, Petugas Keamanan Dalam, Pengawal KA, Driver, Masinis, sampai petugas pelayanan yang ada di stasiun atau di halte harus bisa mengetahui segala proses untuk memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pelanggan yang menggunakan jasa angkutan umum. Memang dari beberapa moda transportasi massa yang ada di DKI punya karakteristiknya masing-masing.Â
Tapi paling tidak mereka harus punya standarisasi pelayanan yang setidak-tidaknya memiliki kesamaan satu sama lain, supaya khalayak ramai yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi beralih ke transportasi massa dan dapat mengurangi kemacetan dengan massive.Â
Setiap petugas pelayanan harus mengetahui rute-rute transit, dan memiliki semangat melayani yang sangat tinggi. Bukan berarti harus memuji muji pelanggan atau pengguna jasa, paling tidak harus berorientasi pada pelanggan yang menggunakan jasa angkutan transportasi publik.Â
Pada akhirnya, jika bauran pemasaran diatas sudah benar-benar ideal dan saling melengkapi, niscaya peningkatan pengguna jasa transportasi massa akan signifikan.Â
Tentu hal ini tidak akan selesai di satu titik karena khalayak yang saya bahas tadi bersifat dinamis dan berubah. Manusia tidak akan pernah sama, maka diperlukan inovasi inovasi terbaru supaya makin banyak pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi massa.Â
Transportasi Massa tidak hanya menghantar manusia dari satu tempat ke tempat lain melintasi ruang. Lebih dari itu, Transportasi Massa Bisa menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan melintasi waktu.Â