Saya sudah sempat bahas di artikel saya sebelumnya mengenai kebijakan Electronic Road Pricing guna mereduksi penggunaan kendaraan pribadi. Sejak tahun 2011 sudah mulai dilakukan perombakan besar-besaran di bidang Transportasi Massa, mulai dari PT. Kereta Api Indonesia, Trans Jakarta, hingga launching MRT dan LRT.Â
Tentu hal ini menjadi satu titik tolak Indonesia menuju negara maju. Karena penduduk di negara maju banyak memilih transportasi massa sebagai sarana untuk bepergian, Perlu diakui juga bahwa fasilitas transportasi di negara maju lebih memadai daripada di Indonesia. Di Indonesia pun menuju ke posisi itu.Â
Dengan adanya integrasi antar moda akan memudahkan pengguna jasa untuk bepergian. Dari segi infrastruktur atau bisa dikatakan (Product/Produk)Â hal ini sudah sangat membantu, Ada integrasi di Stasiun Tebet, Manggarai, Sudirman, dan Juanda.Â
Hanya saja untuk KRL diperlukan penambahan jumlah rangkaian menjadi 12SF supaya bisa mengangkut semua pengguna jasa angkutan KRL tanpa menghilangkan kenyamanan pengguna jasa. Lebih lanjut akan saya bahas di artikel lain supaya pembicaraan ini tidak terlalu melebar.
Â
Demikian hal nya dengan (Place/Tempat) PT. KCI saat ini sudah menjangkau stasiun Rangkasbitung, dan Cikarang hal ini merupakan salah satu kelebihan dari KCI untuk menyediakan jasa angkutan KRL hingga pelosok.Â
Trans Jakarta juga sudah menyediakan banyak rute dari luar kota Jakarta seperti  BSD, Summarecon Bekasi Barat, Bekasi Timur, dan Depok untuk memudahkan pengguna jasa mengakses jalur bus TJ. MRT Jakarta, moda transportasi terbaru juga sudah melanjutkan pembangunan fase 2 rute HI-Kota.Â
Dalam hal (Price/Harga) Tiga moda transportasi massa ini memberikan harga yang masuk akal dan terjangkau, meskipun sistem pentarifannya berbeda. Ada tarif progresif di KRL dan MRT, serta Trans Jakarta yang menetapkan satu tarif. Perbedaan sistem pentarifan dan harga juga merupakan hal yang wajar karena setiap moda memiliki karakteristiknya masing-masing.Â