Membandingkan dua pilihan antara menonton televisi atau menonton Netflix, realitas yang terjadi saat ini menjawab bahwa Netflix lebih digandrungi daripada tayangan televisi. Hal ini dipicu oleh fitur-fitur canggih yang ditawarkan oleh Netflix. Menonton film atau serial genre apapun, kapanpun, dan dimanapun, tanpa perlu repot pergi ke bioskop, dapat dinikmati melalui smartphone, tablet, bahkan PC. Oleh karena kemudahan dan kenyamanan inilah banyak orang mulai beralih pada Netflix alih-alih menonton televisi. Terlebih pada masa pandemi covid-19 yang lalu, Netflix menjadi alternatif penyelamat kebosanan selama aktifitas dirumah saja.
Peralihan dari televisi menuju layanan streaming online merupakan salah satu contoh fenomena budaya massa. Membahas tentang budaya massa, terdapat dua konsep yang perlu diperhatikan. Pertama, konsep kebudayaan itu sendiri. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Kedua, konsep massa yang mengacu pada jumlah atau kuantitas yang dalam konteks ini merujuk pada sekumpulan orang. Maka, budaya massa dapat diartikan sebagai praktik produksi budaya yang melibatkan sekumpulan orang dengan selera tertentu.
Sesuai dengan istilahnya, kelahiran budaya massa sangat dipengaruhi oleh media massa sebagai sarana penyebarluasannya. Setiap produk yang dihasilkan oleh media diterima dengan mudah oleh masyarakat sebagai sebuah nilai, sehingga lahirlah budaya massa itu sendiri. Sukmana (2009) berpendapat bahwa budaya massa dipandang sebagai budaya yang berbasis komoditas. Hal inilah yang justru membuat budaya massa terkait pada industri. Produk budaya yang dihasilkan bukan lagi dari masyarakat melainkan dari pelaku industri yang hanya bertujuan untuk mencari keuntungan. Akibatnya, timbul sebuah budaya baru di masyarakat yang dikenal sebagai budaya konsumsi.
Budaya konsumsi muncul sebagai konsekuensi atas reproduksi budaya massa secara terus-menerus. Budaya massa yang mudah diterima membuat masyarakat terbius oleh kesenangan yang bersifat sementara yang terdapat pada budaya massa. Seperti yang disebutkan diawal, Netflix merupakan salah satu contohnya.
Dari segi keunggulan tidak perlu dipertanyakan lagi, Netflix menawarkan banyak sekali keunggulan. Berikut keunggulan-keunggulan yang ditawarkan Netflix.
- Konten video yang variatif
Netflix merupakan platform streaming online yang menyajikan konten dari berbagai negara secara legal. Konten yang disajikan terbagi menjadi dua yakni film dan series. Dua kategori tersebut kemudian dibagi lagi berdasarkan genre. Misalnya komedi, romantis, horor, action, dan lain-lain. Dari pengkategorian tersebut, jelas bahwa konten Netflix sangat bervariasi. Pengguna dapat menjelajah seluruh genre konten dengan mudah.
- Tersedia berbagai fitur yang memanjakan pengguna
Beberapa fitur menarik yang ditawarkan Netflix diantaranya ialah fitur profiled, my list, dan continue. Fitur profiled berguna dalam pembuatan akun berkategori, misalnya akun untuk anak. Fitur my list sama halnya dengan fitur playlist pada aplikasi pemutar musik. Pengguna dapat membuat sendiri daftar konten yang disukai. Kemudian fitur continue untuk memutar video sesuai waktu terakhir diputar.
- Tak terbatas pada ruang dan waktu
Sebagai aplikasi streaming online, Netflix dapat dinikmati kapan saja dan dimana saja sesuai keinginan pengguna. Pengguna tidak perlu khawatir ketinggalan serial favorit. Karena hanya dengan berbekal koneksi yang cepat dan stabil, menikmati serial favorit dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
- Bebas iklan
Bagaimana rasanya ketika menonton film yang sedang berada pada puncak klimaks, kemudian secara tiba-tiba muncul iklan? Sangat menyebalkan, bukan? Namun, pengguna Netflix tak perlu khawatir lagi, sebab Netflix menawarkan tontonan yang bebas iklan agar pengalaman menonton semakin menyenangkan.
Untuk dapat menikmati keunggulan-keunggulan tersebut, tentu ada harga yang harus dibayarkan. Netflix menawarkan tiga paket dengan harga yang berbeda-beda. Berikut daftar paket yang ditawarkan oleh Netflix.
- Paket dasar dibanderol dengan harga Rp 109.000 per 30 hari
- Paket standar dibanderol dengan harga Rp 139.000 per 30 hari
- Paket premium dibanderol dengan harga Rp 169.000 per 30 hari
Menengok pada keunggulan yang ditawarkan, tentu harga sekian sangatlah wajar. Dengan sekali transakasi, kepuasan rohani terpenuhi. Namun, sebelum berlangganan Netflix, ada beberapa poin yang harus diperhatikan. Apa saja? Pertama, merogoh kocek untuk berlangganan Netflix tergolong kebutuhan atau hanya sekadar keinginan? Kedua, apakah anggaran tersebut memberatkan beban keuangan? Terakhir, dengan membayar biaya langganan per bulan, apakah ada pengeluaran lain yang dikorbankan? Jika iya, apakah sepadan? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang harus dijawab terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berlangganan.
Sekarang mari coba berpikir, ambil contoh paket premium seharga Rp 169.000 per 30 hari. Jika dikurskan dalam harga harian, maka biaya per hari mencapai sekitar Rp 5.600. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah berapa lama waktu yang dapat disishkan untuk menonton film dalam sehari? Mari membuat rincian sederhana, 24 jam dalam sehari terbagi menjadi delapan jam untuk istirahat, delapan jam untuk aktifitas seperti kerja, kuliah, atau sekolah, dan tersisa delapan jam waktu bebas. Pertanyaan berikutnya adalah apakah delapan jam waktu bebas tersebut sepenuhnya luang? Kebanyakan orang tentu menjawab tidak. Waktu luang dalam sehari yang dapat digunakan untuk menonton film paling tidak hanya sekitar dua sampai tiga jam saja. Bahkan hampir tidak ada dan hanya ada saat weekend saja. Jika begini, bukankah biaya yang terpakai hanya RP 11.200 saja untuk dua hari saat weekend? Lantas, bagaimana dengan harga-harga yang lainnya? Yap, jawabannya adalah terbuang.
Fakta-fakta tersebut pada akhirnya kembali pada fenomena budaya massa yang berakibat pada konsumerisme. Maka dari itu, sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk budaya, perlu dipikirkan secara matang. Kalau tidak, niat awal yang ingin memperoleh hiburan malah berujung pemborosan yang semakin menambah beban pikiran serta keuangan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H