Memberikan perubahan besar sesuai cita-cita bersama, maka atas dasar itulah sehingga dibentuknya banyak organisasi pada dewasa ini, hal ini sejalan pada perintah Allah Swt dalam alqur'an untuk menganjurkan agar memprakarsai suatu majelis (association) yang memiliki ideologi sesuai harapan agar terciptanya sebuah perubahan yang diinginkan.Â
Jelas ideologi ini akan dijadikan sebagai patron landasan dalam membangun dan mengambil langkah terkait corak pendangan hidup demi berjalannya organisasi  secara masif (utuh). Sebagaimana dikutip dalam surat As-shaff ayat 4 bahwa "Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh".
Terkhusus melihat pada organisasi kepemudaan (OKP) pastilah membutuhkan proses kaderisasi, karena dengan kaderisasi suatu organisasi akan mampu dikatakan stabil dalam mempertahankan organisasi dalam menjejaki masalah (issues) perkembangan zaman.Â
Kaderisasi yang dimaksud di sini adalah upaya mempersiapkan kader menjadi generasi penerus yang memiliki visi, misi sesuai ideologi yang dianut dari sebuah gerakan menjalankan roda organisasi. Sehingga diharapkan tujuan utama suatu pergerakan yaitu menjaga tatanan intelektual dengan menganalisa problematika masyarakat sosial secara kritis dan dinamis dalam tekanan arus perkembangan zaman.
Siapakah obyek utama dalam proses kegiatan kaderisasi kalau bukan mereka para anggota masyarakat intelektual kampus sebut saja mereka adalah mahasiswa atau mahasiswi yang secara ideologis akan dipilih sesuai dengan indikator misi yang diusung oleh organisasi  secara rasional yang memiliki daya responsif mantap terhadap arah gerakan organisasi.
Buah tak jauh dari pohonnya, demikian ungkapan kata pepatah. Sesungguhnya dengan kaderisasi  terstruktur diharapkan nilai-nilai awal organisasi para pendahulu diharapkan senantiasa dapat dilanjutkan, ditiru, dan dikembangkan oleh generasi berikutnya.Â
Ambil contoh seperti Nahdlatul Ulama' (NU) sebagai suatu organisasi (jam'iyah) terbesar di mata nasional maupun kanca internasional yang memiliki ideologi Aswaja (Ahlus Sunnah Waljamaah An Nahdliyah) yang memiliki konsep Islam rahmatan lil alamin yakni islam yang ramah bukan yang marah, islam yang mengajak bukan yang mengejek tentunya tidak terlepas dari sistem kaderisasi yang terstruktur dan baik
Setiap masa ada pemimpinnya, demikian pula dalam beberapa dekade sebelumnya organisasi mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumberdaya manusia mulai dari era orde baru sampai era reformasi bahkan hingga sekarang pada era revolusi industri 4.0 yang sementara hits jadi perbincangan masyarakat global.
Organisasi kepemudaan (OKP) diharapkan terus eksis dalam mencetak sumber daya manusia (SDM) yang handal tanpa harus mengenal musim, bukan sebuah kemustahilan melainkan amanah wasiat dari yang terus dilakukan oleh mereka sang perintis awal mula berdirinya organisasi kepada generasi penerus.Â
Namun akhir-akhir ini organisasi kurang mendapat ruang dihati generasi muda seakan-akan organisasi adalah dosa yang hukumannya haram harus dihindari.
Hal ini dilihat secara realitas bahwa peminatan mahasiswa dalam berorganisasi mulai menurun belum lagi himpitan akademik yang memuncak pada klimaks mahalnya biaya uang kuliah, menurut penulis ini merupakan salah satu dari sekian indikator yang harus di pahami.
 Menurut penulis mahalnya uang kuliah dapat membuka ruang pembodohan bagi mahasiswa karna mahasiswa lebih fokus untuk cepat mendapatkan ijazah dari pada mencari ilmu padahal tujuan pendidikan salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang termaksud dalam UUD 1945.
Disamping itu jika dilihat dari segi ekonomi masyarakat yang ekonominya lemah pastinya tidak akan melanjutkan sekolahnya karena himpitan ekonomi sehingga seakan-akan apa yang telah diramal eko prasetyo tentang orang miskin dilarang sekolah terjadi hari ini.
Problem ini menurut penulis yang harus diperhatikan karna penulis sendiri merasakan betapa tragisnya pendidikan hari ini sampai menyeret kita pada pembencian organisasi yang berlebihan padahal organisasi juga sebagai upaya pendidikan non formal yang mempunyai fungsi yang sama yaitu memanusiakan manusia.
Sudah menjadi kebanggaan besar bagi penulis bahwa pernah melewati proses kaderisasi dari salah satu organisasi eksternal yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon FKM Universitas Muslim Indonesia yang digembleng oleh sahabat senior pemberi wasiat proses kaderisasi itu.Â
Tentunya tidak lupa penulis melayangkan beribu terimakasih dan tak lupa pula memanjatkan rasa syukur pada organisasi yang melatih kadernya untuk selalu tampil sebagai pembaharu garda terdepan bangsa.Â
Di samping itu dengan berorganisasi mengajarkan kita untuk selalu produktif dalam berkarya dan juga memberikan kewajiban penuh yang menurut penulis hukumnya fardu'ain (wajib) untuk selalu mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia(NKRI) mulai aspek ekonomi, politik, sosial-budaya hingga pada aspek agama.
Penulis berharap generasi milenial agar sama-sama membangun kesadaran dan optimisme agar berbondong-bondong mengikuti proses kaderisasi untuk mengambil bagian dalam ruang lingkup khususnya organisasi kepemudaan (OKP) yang memiliki ideologi yang jelas sejalan dengan ideologi Pancasila Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Â
Dan untuk mereka yang telah berada dalam naungan organisasi kepemudaan (OKP), sudah menjadi kewajiban untuk terus melakukan proses kaderisasi karena itu adalah Wasiat senior.
oleh : Yeyen Amaliah Lestari (Aktivis Kopri PMII FKM UMI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H