Reyna hanya tertunduk, bahkan menatap punggung  Dika yang menjauh darinya pun dia tak sanggup. Ada luka yang menimbulkan rasa sakit. Dia menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya untuk menyembunyikan tangis, bahunya yang bergerak naik turun tetap tak bisa menyembunyikan hal itu.
"Dika" Laki-laki itu memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan.
"Reyna"
"Mau kemana?' Lanjut laki-laki yang sebetulnya sudah tidak muda lagi itu. Usianya mungkin sudah memasuki 40 tahun.
"Mau ke kampus"
"Ya udah ikut saya saja. Nanti kamu telat" Walau awalnya ragu, Reyna akhirnya mau memenuhi tawaran Dika. Di mobil Dika sudah ada dua bocah kecil yang menunggu.
"Ini anak-anakku" Dika mengenalkan bocah bocah itu seraya menyuruh anak anaknya untuk bersalaman dengan Reyna.
Honda CRV Â melaju dengan tenang meninggalkan mobil bus yang tadi ditumpangi Reyna dan mengalami pecah ban. Pikiran reyna masih diliputi kekhawatiran akan terlambat mengikuti ujian sidang skripsi. Dia sudah mati-matian mempersiapkan semuanya. Dia sudah bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik, dia tak mau jika harus gagal gara-gara datang terlambat.
"Kamu buru-buru, ya?" Â Dika menyadari kegelisahan Reyna. Dia mempercepat kendaraannya saat melihat anggukan tipis gadis mungil yang duduk di jok bagian tengah bersama salah seorang anaknya.
"Kamu kuliah jam berapa?" Dika berusaha menguraikan diamnya Reyna.
"Saya hari ini akan ujian siding skripsi. Jadwalnya jam Sembilan"Â