Di masa pandemi, peer mentoring dilakukan melalui seminar online, postingan Instagram, dan chat WhatsApp. Pendampingan teman sebaya yang sadar akan dampak pernikahan anak dan memiliki sikap perlu ditingkatkan mempertimbangkan hak orang lain. Akibatnya, pendampingan lebih bermanfaat. Munculnya kesadaran teman sebaya tidak berarti mengabaikan atau meremehkan orang lain yang rentan terhadap pernikahan anak. FORBUMI mengajak para remaja untuk bergabung dalam kampanye menentang pernikahan anak. Ilma, remaja difabel yang concern terhadap isu anak dan gender sejak 2018 saat menyampaikan orasi tentang dampak pernikahan anak, khususnya bagi anak perempuan, kepada remaja di webinar.
FORBUMI mendapat pelatihan pendampingan dari forum anak nasional, membagi ilmu dan kemampuannya ke forum anak kecamatan dan forum anak desa di Kabupaten Sukabumi. Ia mengajak teman-teman di kecamatan dan desa untuk menyadari dampak pernikahan anak dan mendorong komunitas di bawah FORBUMI untuk menjadi pendamping bagi anak-anak di daerahnya masing-masing.Â
FORBUMI memberikan pelatihan materi pencegahan perkawinan anak yang wajib disampaikan kepada anak untuk forum anak kabupaten dan desa. Jika forum anak kabupaten dan desa memiliki kapasitas yang lebih besar untuk menyampaikan pesan pencegahan perkawinan anak, maka pesan tersebut akan lebih signifikan tersampaikan. Kondisi tersebut membuat komunikasi menjadi lebih mudah dan kontekstual.
Resiliensi pada komunitas remaja merupakan periode yang penting dan mempengaruhi dasar dari masa dewasa, perubahan indivdu dan perkembangan selama hidup. Adanya agensi para anggota komunitas anak, baik FAD dan FORBUMI dalam peereducation membangun resiliensi remaja di Kabupaten khususnya remaja yang mengikuti program Yes I Do. Â
Kondisi pandemic Covid-19 tidak menyurutkan langkap komunitas anak di Kabupaten Sukabumi untuk tetap melaksanakan peran sebagai pelopor dan pelapor dalam pencegahan perkawinan anak. Resiliensi pada komunitas anak dalam konteks komunikasi partisipatif dengan teman sebaya diperoleh dengan kegiatan peereducation secara formal dan informal.
Secara formal, dengan program yang sudah direncanakan dan bekerjasama dengan pihak lain seperti sekolah atau komunitas yang lain remaja memiliki kekuatan dan ketahanan dalam menghadapi kerenatanan dalam praktek perkawinan Dini. Misalnya dengan menjadi narasumber webinar, anggota FAD mampu memberikan sikap postif bagi remaja lain untuk menghindarkan diri dari praktek perkawinan anak.Â
Secara Informal, remaja melakukan kegiatan-kegiatan kreatif untuk memupuk ketahanan diri dari situasi rentan sehingga proses resiliensi ini menyenangkan bagi remaja. Misalnya kegiatan menonton Film yang menggambarkan bagaimana dampak perkawinan anak bagi remaja itu sendiri memunculkan resilensi yang diperlukan agar tidak mudah terbujuk atau menyerah ketika situasi rentan terjadi.
Daftar Pustaka
Carolyn Kabore, E. W. (2020). COVID-19 Aftershocks: Out of time . London: World Vision International.
Pintu Paul, M. D. (2020). Child Marriage in India: A Human Rights Violance During the Covid-19 Pandemic. Asia Pacific Journal of Public Health, 1-2.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H