Mohon tunggu...
Yesri EsauTalan
Yesri EsauTalan Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti

Goresan pena hari ini memberikan cahaya bagi generasi selanjutnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingkah Implementasi Kebiasaan dan Etika Masyarakat Jepang bagi Pendidikan Anak Usia Dini?

14 Januari 2024   22:59 Diperbarui: 14 Januari 2024   23:07 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan tradisi dan norma-norma perilaku yang baik. Norma-norma positif ini menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan mereka sebagai negara yang memiliki tingkat disiplin yang tinggi. Beberapa kebiasaan ini dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi anak-anak usia dini, dengan tujuan membentuk karakter yang baik sejak dini agar mereka dapat menjadi individu yang unggul di masa depan. Orangtua dan guru memiliki tanggung jawab utama sebagai pendidik anak-anak, dengan menyadari pentingnya pembentukan kebiasaan dan etika sejak dini untuk menciptakan generasi yang unggul dalam berbagai aspek kehidupan.

Fakta ini telah membuat Jepang menjadi negara yang dihormati dan sering dijadikan contoh oleh negara lain. Salah satu aspek yang sering mendapat pujian internasional adalah etika dan kebiasaan positif masyarakatnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Sebagai contoh, dalam Piala Dunia 2022 di Qatar, pendukung tim nasional Jepang menarik perhatian dunia melalui tindakan membersihkan sampah usai pertandingan antara Qatar dan Ekuador di Stadion Al Bayt. Kejadian ini menyoroti etika yang patut dicontoh dari masyarakat Jepang dan menjadi perbincangan publik. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan positif masyarakat Jepang tidak hanya terbatas pada norma-norma sehari-hari, tetapi juga tercermin dalam tindakan nyata mereka di tingkat internasional.

Selain itu, terdapat sejumlah kebiasaan dan etika lain dari masyarakat Jepang yang layak untuk dicontohkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dilansir oleh Live Japan. beberapa kebiasaan dan etika masyarakat Jepang diuraikan sebagai berikut:

1. Tidak Merokok Sembarangan

www.istockphoto.com
www.istockphoto.com

Salah satu aspek dari etika sehari-hari masyarakat Jepang yang dapat diadopsi adalah kebiasaan untuk tidak merokok di jalan. Selain menjadi kesadaran masyarakat itu sendiri, kepatuhan terhadap norma ini juga diwajibkan oleh pemerintah Jepang melalui suatu Undang-undang yang memberikan denda bagi pelanggarnya.

Tantangan yang sering muncul terkait perilaku merokok adalah asap rokok yang dihasilkan saat merokok di tempat umum, serta risiko debu atau percikan bara api rokok yang dapat membahayakan orang di sekitarnya, terutama bagi perokok pasif. Bahaya ini dapat mencakup kerusakan pada kornea mata korban.

Meskipun Indonesia telah mengimplementasikan aturan serupa melalui Undang-Undang No 2 Tahun 2009 Pasal 106 Ayat (1) tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kesadaran dan tanggung jawab masyarakat kita terhadap aturan tersebut masih minim.

2. Bertanggungjawab dengan Kebersihan

Kebiasaan kedua dari masyarakat Jepang yang dapat dijadikan contoh dan perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah tanggung jawab terhadap kebersihan. Sejak usia dini, anak-anak Jepang diajarkan untuk bertanggung jawab dalam membersihkan dan merawat ruang bersama mereka. Contohnya, di sekolah dasar, mereka diajarkan untuk membersihkan ruangan kelas sebagai bagian dari disiplin mereka. Bagi masyarakat Jepang, hal ini dianggap sebagai salah satu nilai kebajikan.

Freepik.com/jcomp
Freepik.com/jcomp

Bukan hanya mengenai masalah sampah, tetapi kebiasaan masyarakat Jepang dalam menjaga kebersihan, terutama di ruang publik, mencakup ketidakmudahan meludah sembarangan dan membuang sampah permen karet di jalanan. Tindakan ini dianggap sangat tidak sopan, selain menjadi ekspresi nilai kebaikan, juga sebagai bentuk penghargaan terhadap sesama.

Praktik-praktik kecil seperti membuang sampah setelah makan, terutama di tempat-tempat umum dan restoran self-service, merupakan contoh awal dari kebiasaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak dari kita yang mungkin belum sepenuhnya memahami konsep tersebut.

3. Menjaga Ketenangan di Tempat Umum

Japanesestation.com
Japanesestation.com
Contohnya, dalam berkomunikasi dengan teman-teman, tertawa atau bercanda dengan suara keras, atau bahkan berteriak dapat menarik perhatian negatif di mata orang Jepang. Tindakan-tindakan tersebut dianggap tidak disukai dan dianggap sebagai gangguan. Oleh karena itu, ketika mengunjungi Jepang, jarang menemui orang yang berbicara di lift, melakukan percakapan dengan volume tinggi di telepon, atau bahkan menggunakan ponsel dengan suara aktif dalam transportasi publik.

4. Menghargai Orang Lain di Tempat Umum

Orang Jepang memang dikenal menjunjung etika dan moralitas yang tinggi saat berinteraksi dengan orang lain. Tak hanya sekedar bertanggung jawab dengan kebersihan, orang-orang Jepang juga sangat menghargai kenyamanan orang lain, khususnya saat di tempat umum.

5. Daur Ulang Sampah

Jepang adalah negara yang sangat memperhatikan secara detail kondisi negaranya, masyarakatnya, dan bahkan landscape-nya. Hal ini mencakup perhatian khusus terhadap hal-hal kecil, seperti sampah. Jepang memiliki aturan ketat terkait pembuangan dan pengelolaan sampah.

Menurut laporan dari CNN Indonesia, penduduk Jepang diharuskan untuk menyortir sampah mereka sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Masyarakat bahkan diberikan buklet setebal 27 halaman dengan instruksi rinci untuk 518 jenis barang, dengan tujuan agar mereka mampu menyortir sampah mereka sendiri. Secara umum, kategori sampah di Jepang mencakup sampah yang dapat dibakar (seperti kertas dan makanan), sampah yang tidak dapat dibakar (seperti plastik), dan sampah untuk botol serta kaleng PET yang harus dibuang secara terpisah. Pendekatan ini dirancang untuk mengurangi jumlah sampah yang dibakar, yang dapat menyebabkan polusi udara. Selain mengatur kategori sampah, pemerintah juga menetapkan jadwal dan tempat pembuangan secara rinci dan hierarki sesuai dengan wilayahnya.

Menurut detikTravel, ketika orang Jepang bepergian, mereka membawa kantong sampah sendiri dan membuang sampahnya di tempat sampah terdekat, seperti stasiun atau pertokoan, atau membawa kembali sampahnya untuk dibuang di rumah. Saat mengunjungi Jepang, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo, mungkin sulit menemukan tempat sampah.

Pendekatan ini bisa menjadi contoh yang baik untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari secara khusus pendidikan bagi seorang anak usia dini, maka dengan demikian seorang anak akan bertumbuh dengan nilai-nilai etika yang baik dan menjadi bekal yang baik untuk masa depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun