Mohon tunggu...
Yesri Saefatu
Yesri Saefatu Mohon Tunggu... Guru - Menulis saja

Menulis untuk kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Cantik di Mata Laki-Laki

15 September 2020   19:06 Diperbarui: 15 September 2020   20:43 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Freepik

Ia menoleh ke samping kiri dan kanan. Kali ini, aku tidak berharap lagi untuk duduk di samping ku, apalagi lebih dari itu. Aku hanya berharap, ia melemparkan senyumnya padaku padaku. Itu sudah cukup.

Namun, akhirnya aku mengerti. Tuhan tidak akan mengabulkan harapan pikiran laki-laki playboy, ia hanya akan mengabulkan pikiran laki-laki baik. Tuhan juga tidak akan mengabulkan ekspektasi yang tidak realistis, hanya harapan yang masih dijangkau oleh akal sehat manusia.

Perempuan itu menoleh dan melemparkan senyum. Entah apa maksudnya, senyum tersebut membakar keberanianku memanggilnya menempati kursi karet yang kosong di sampingku.

"Ada kursi kosong ni Kaka," aku mengajaknya dengan menepuk kursi tersebut tiga kali. Berharap ia datang.

Beberapa lelaki yang baru jatuh cinta itu pun serentak batuk. Batuk buatan yang bernada "mengganggu" itu bermaksud agar perempuan itu malu mendekatiku.

Para laki-laki itu pun memilih pemikiran yang sama. Kalaupun aku gagal mendapatkannya, ia jangan jatuh cinta di tangan laki-laki di pesta ini, apalagi Boy, laki-laki playboy itu.

Betapa beruntungnya aku, ia memilih duduk di kursi kosong yang aku maksud. Ketika ia melangkah menujuku, mata para laki-laki itu pun serentak berpindah mengikuti langkah kakinya.

Para laki-laki itu mengekspresikan penyesalan mereka. Ada beberapa yang memilih keluar dari tenda pernikahan. Ada yang mengumpat dalam hati tapi kelihatan di bibir. Ada yang mengerutkan kening. Ada yang mengunyah gigi. Ada yang menatap aku dengan serius.

"Kakak baik e. Kasih Beta kursi," puji perempuan itu setelah merasakan harapannya. Menggantungkan kedua kakinya yang sudah tak kuasa menopang berat tubuhnya.

"Puji Tuhan," aku berkata dalam hati setelah mendengar testimoni berkesan dari seorang perempuan yang manis menawan.

Laki-laki playboy itu terlihat heran. Melihat aku berbincang-bincang dengan perempuan tersebut. Dia dan aku sadar bahwa tak perlu menjadi ganteng, tak perlu menjadi playboy untuk menarik perhatian perempuan. Cukup tunjukkan diri sebagai laki-laki penyayang dan bertanggung jawab, banyak perempuan cantik di sana yang sedang mencarimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun