Mohon tunggu...
Yesi Tanamal
Yesi Tanamal Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selalu mengandalkan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi 3.1 Guru Penggerak

13 Agustus 2024   08:12 Diperbarui: 13 Agustus 2024   13:20 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

                                                                Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak

                                        Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Koneksi antar materi  saya, dimulai dengan menafsirkan kutipan menarik yang disampaikan Bob Talbert yaitu :

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga / utama adalah yang terbaik."

Menurut saya, bahwa sebagai seorang pendidik, kita seringkali mengalami dilemma etika, antara mengajarkan materi, ataukan mrngajarkan makna dan penerapan sesungguhnya dari materi tersebut yang notaben membutuhkan waktu yang lebih lama, yang mungkin akan mengakibatkan materi tidak tuntas namun anak akan memahami makna sebenarnya dan memanfaatkannya dalam kehiduoan nyata.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan Keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan sekolah/ kita ?

Nilai-nilai dalam suatu pengambilan Keputusan yang saya pengang adalah, Apapun Keputusan yang saya buat harus dapat dipertanggung jawabkan serta berpihak pada murid. Pengambilan Keputusan tersebut juga diharapkan akan memberikan dampak positif pada lingkungan sekolah, yaitu terciptanya lingkungan yang nyaman, tanpa adanya perselisihan.

Bagaimana kita sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid dalam pengambilan Keputusan? " sebagai pemimpin pembelajaran, maka Keputusan yang sudah saya ambil akan menentukan apa yang atau murid dapatkan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan, maka Keputusan yang diambil tersebut harus mampu menentukan tumbuh kembang anak sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Pengambilan Keputusan harus mengutamakan kebutuahn belajar murid dan juga pembentukan karakter murid melalui pembelajaran berdiferensisasi dan sosial emosional.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus selalu berpihak kepada murid, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilpun harus berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Sebagaimana kita ketahui, setiap keputusan yang diambil akan mencerminkan nilai-nilai kebajikan apa yang dianut, konsekuensi hasil keputusan yang dipilih, layakkah keputusan tersebut dijadikan sebagai rujukan di mana hal tersebut pada akhirnya akan merepresentasikan integritas satuan pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa menanamkan pendidikan karakter serta menjunjung nilai-nilai kebajikan universal yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini senada dengan kalimat bijak yang disampaikan Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu :

"Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis."

Kalimat tersebut bermakna pendidikan adalah suatu upaya menuntun peserta didik dengan pendidikan dan penguatan karakter. Penanaman norma-norma kehidupan juga dharus dilakukan untuk menciptakan generasi bermoral baik, selalu berbuat kebajikan dan menjunjung tinggi kebenaran dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya sebagai pelajar.

Setelah memahami kalimat-kalimat bijak yang dikemukakan oleh kedua tokoh di atas, berikut saya sampaikan pendekatan atau tinjauan dari koneksi antar materi modul 3.1 pendidikan guru penggerak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka terhadap penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka mempengaruhi cara seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Pratap Triloka merupakan semboyan yang diserukan oleh Ki Hajar Dewantara yeng marupakan landasan berpijak seorang guru (pendidik) di mana seorang guru harus senantiasa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.

  • Ing Ngarso Sung Tulodho, filosofi ini mengajarkan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa memberikan teladan kepada peserta didik. Dalam mengambil keputusan, seorang guru harus bertindak, berpikir dan berperilaku yang baik sehingga menjadi panutan / teladan bagi peserta didik, Guru harus senantiasa menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan universal melalui cipta, rasa dan karsa.  Sebagaimana kutipan kalimat bijak yang disampaikan oleh Bob Talbert di atas, mengajarkan materi ajar saja tidaklah cukup, namun harus disertai dengan penanaman nilai-nilai kebajikan. Langkah yang dapat dilakukan diantaranya guru dapat mengajarkan peserta didik  melalui perbuatan dengan kesadaran penuh (mindfulness) guna menumbuhkembangkan nilai kebajikan kepada peserta didik. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam akan memberikan gambaran kebaikan bagi guru dalam mengambil keputusan baik dalam situasi bujukan moral maupun dilema etika. 
  • Ing Madya Mangun Karso, filosofi ini mengajak guru selalu berada di tengah peserta didik untuk menuntun, membimbing, mengajar serta mengayomi dengan cipta rasa dan karsa. Guru harus dapat menjadi mediator, memberikan fasilitas, serta mendampingi siswa dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Guru juga diharapkan senantiasa menghadirkan lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. 
  • Tut Wuri Handayani, filosofi ini mengajarkan bahwa seorang guru harus senantiasa memberikan dorongan kepada seorang peserta didik agar dapat menjadi seorang pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal.

Semboyan Ki Hajar Dewantara ini merupakan landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berpihak pada peserta didik. Harapannya, peserta didik dapat menjadi generasi cerdas dan berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya mengutamakan capaian materi ajar dalam kurikulum, tetapi juga penanaman nilai-nilai kebajikan yang diajarkan secara implisit maupun eksplisit termasuk dalam pengambilan keputusan. 

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada  prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perilaku seseorang mencerminkan nilai yang tertanam dalam individu tersebut. Hal ini akan mempengaruhi prinsip yang diambil seseorang (termasuk guru) dalam pengambilan keputusan. Demikian juga, proses pengambilan yang bertanggung jawab, pengelolaan diri, kesadaran diri serta ketrampilan bersosialisasi kan mendukung penerapan semboyan Tut Wuri Handayani. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam juga akan mempengaruhi pemilihan prinsip-prinsip pengambilan keputusan agar keputusan yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan.

 

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya. 

Permasalahan merupakan hal yang selalu ada, dan setiap permasalahan memerlukan suatu keputusan dalam penyelesaian. Masalah yang ada harus diidentifikasi terlebih dahulu, apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya, keputusan diambil dengan langkah-langkah yang berpedoman pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan seseorang, kelompok maupun Lembaga. Salah satu faktor yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Guru sebagai pemimpin juga harus memiliki kemampuan ini. 

 

Selama proses identifikasi,  pembelajaran serta pendampingan melalui kegiatan coaching bersama fasilitator sangat efektif dalam membantu saya memahami materi yang ada. Contoh-contoh kegiatan coaching yang ada memberikan tambahan ilmu untuk dapat diaplikasikan di sekolah. Dengan teknik coaching, keputusan diambil dengan memperhatikan etika, nilai-nilai kebajikan universal, disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada peserta didik serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Salah satu ciri khas teknik coaching adalah adanya prinsip kesetaraan sehingga coach tidak terkesan menggurui coachee. Hal ini akan memberikan rasa nyaman bagi coachee dalam menyampaikan permasalahan-permasalahan, menggali potensi diri hingga menemukan solusi secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan berbobot yang diberikan coach kepada coachee merupakan langkah efektif untuk menggali potensi coachee untuk menemukan solusi. Teknik coaching ini dapat dilakukan kepada sesama guru maupun dengan peserta didik. 

 

4. Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola  aspek emosionalnya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pengambilan keputusan  harus senantiasa dilandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta dilakukan dengan 9 tahap pengambilan keputusan sehingga masalah yang ada dapat dibedakan menjadi dilema etika atau bujukan moral. 

 

Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi serta membangun relasi sosial akan menumbuhkan simpati dan empati sehingga individu tersebut dapat memposisikan diri dalam berkomunikasikan dengan orang lain. Seorang guru yang memiliki rasa empati dan simpati, akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh peserta didiknya. Hal ini berdampak pada poses identifikasi masalah hingga pengambilan keputusannya akan dilakukan dengan bijak. Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu harus berpusat pada peserta didik, berbasis etika dan nilai kebajikan serta berdasarkan pada empat paradigma, yaitu :

  • individu lawan kelompok (masyarakat)
  • rasa keadilan lawan rasa kasihan
  • kebenaran lawan kesetiaan
  • jangka pendek lawan jangka panjang

Selain berdasarkan pada paradigma tersebut, juga harus mengacu pada tiga prinsip pengambilan keputusan, diantaranya :

  • prinsip berbasis akhir
  • prinsip berbasis aturan
  • prinsip berbasis rasa peduli

Dalam pengambilan keputusan, guru harus melaksanakan sembilan langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari :

  • mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • menentukan pihak yang terlibat
  • mengumpulkan fakta yang relevan
  • pengujian benar salah yang terdiri atas uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji idola dan uji halaman depan koran 
  • pengujian paradigma benar lawan benar
  • prinsip pengambilan keputusan
  • investigasi opsi trilema
  • membuat keputusan
  • meninjau ulang keputusan dan melakukan refleksi

5.  Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Guru yang memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi akan dapat mengidentifikasi pradigma dilema etika sehingga dapat mengambil keputusan secara bijaksana. Keputusan yang diambil mengacu dan berpihak kepada peserta didik sehingga sesuai . Guru yang mampu menganalisis masalah dari bermacam sudut pandang akan dapat membedakan permasalahan yang dihadapi tergolong bujukan moral atau dilema etika. Apabila nilai yang dianut merupakan nilai yang baik maka keputusan yang ditetapkan merupakan keputusan yang tepat, bijaksana serta dapat dipertanggungjawabkan. Pembahasan masalah yang berfokus pada moral dan etika juga dapat meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan menjadi lebih akurat, berpusat pada peserta didik, menciptakan keselamatan dan kebahagiaan

 

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Sebuah keputusan yang diambil akan berdampak pada pelaksanaan pembelajaran dan situasi serta kondisi sekolah secara langsung maupun tidak langsung. Setiap keputusan yang kita ambil harus berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal serta taat pada aturan atau norma yang ada. Pemilihan paradigma, prisip pengambilan keputusan serta melaksanakan sembilan langkah pengambilan keputusan juga harus dilakukan agar keputusan yang diambil tepat, bijak dan berdampak baik sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman, aman dan kondusif bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah. 

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan di lingkungan saya dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus dilema etika adalah karena permasalahan tersebut adalah permasalahan di mana terdapat benturan antara nilai-nilai kebajikan, maka terkadang terjadi perbedaan pandangan dengan guru yang lain. Pengambilan keputusan seharusnya didasarkan pada tiga prinsip penyelesaian masalah dilema etika berupa berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Pemilihan prinsip yang tepat dapat mengurangi kontroversi dan perbedaan sudut pandang antar warga sekolah sehingga pro dan kontra dapat diminimalkan. Setiap keputusan tentunya tidak selalu memuaskan seluruh pihak, namun pemilihan konseukensi terkecil dapat dijadikan pertimbangan utama agar keputusan yang diambil sesuai dan kondisi di lingkungan menjadi kondusif. 

 

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kuta ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Keputusan yang diambil akan sangat berpengaruh dengan pengajaran yang memerdekakan peserta didik. Pengaruh tersebut berupa terwujudnya merdeka belajar yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai sukses, bahagia dan mencapai tujuang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar. Hal inilah yang menjadi dasar pengambilan keputusan harus selalu berpihak pada peserta didik. Guru berperan sebagai fasilitator dalam mengembangkan bakat dan minat peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kurikulum merdeka sangat berpusat pada peserta didik yang sangat memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi sehingga peserta didik dapat terpenuhi kebutuhan belajarnya. Penerapan KSE secara implisit akan meningkatkan ketajaman keterampilan sosial emosional peserta didik. 

 

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil pemimpin pembelajaran akan berpengaruh bagi peserta didik baik jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan yang kita ambil akan senantiasa diingat oleh peserta didik dan menjadi role model bagaimana peserta didik akan berpikir dan bertindak di masa datang,  juga bagaimana peserta didik mengambil keputusan ketika menjadi anggota masyarakat. Oleh karena itu, seorang guru harus tepat dan bijak dalam melakukan analisis permasalahan dan pengujian benar salahnya. Pengujian yang dilakukan terdiri dari uji legal, uji regilasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan agar keputusan yang diambil tepat dan akurat. 

 

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumya?

Kesimpulan akhir yang saya dapatkan dari mempelajari  modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah bahwa pengambilan keputusan harus dimiliki seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam melakukan pengambilan keputusan, guru harus berlandaskan pada filosofi pendidikan Ki hajar Dewantara agar keputusan yang diambil sesuai dengan kodrat alam dan zaman peserta didik. Keputusan yang diambil juga senantiasa bermanfaat bagi seluruh warga sekolah maupun lingkungan, sehingga tercipat lingkungan yang kondusif, budaya positif, aman, nyaman serta terwujudnya well being warganya. Hal ini dapat terwujud dengan pelaksanaan yang tertata menggunakan alur BAGJA. Hal ini dilakukan untuk menjadikan peserta didik memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila. Ketika dalam pelaksanaannya, muncul dilema etika dan bujukan moral maka penerapan sembilan langkag pengambilan dan pengujian keputusan harus dilakukan agar keputusan yang diambil berpihak pada peserta didik.

 

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

dalam pengambilan keputusan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan dan pemikirans saja namun terdapat identifikasi mengenai bujukan moral atau dilema etika, penggunaan paradigma, pemilihan prinsip pengambilan keputusan yang sesuai serta melakukan sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan. Hal ini bertujuan agar keputusan yang diambil tepat dan dapat dipertanggungjawabkan

 

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Perbedaannya dengan apa yang dipelajari di modul ini adalah pada saat itu saya belum memperhatikan paradigma, prinsip pengambilan keputusan serta sembilan langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.  Saya juga belum berkolaborasi dengan rekan sesama guru dalam mengambil keputusan. Menurut saya, jika keputusan yang saya ambil sudah sesuai dengan aturan, maka keputusan saya sudah benar. Setelah mempelajari modul ini, saya memperoleh ilmu bahwa apa yang saya lakukan selama ini belum sepenuhnya tepat sasaran.

 

13. Dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak mempelajari konsep ini adalah saya memahami mengenai konsep dilema etika, bujukan moral, paradigma, prinsip pengambilan keputusan, sembilan langkah pengambilan keputusan serta contoh-contoh kasus mengenai dilema etika. Perubahan yang terjadi pada cara mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran ini adalah kedepannya jika saya akan memutuskan sesuatu saya akan mengidentifikasi terlebih dahulu termasuk dilema etika atau bujukan moral serta menerapkan paradigma, prinsip dan sembilan langkah pengujian keputusan supaya keputusan yang saya ambil lebih tepat.

 

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari modul 3.1 ini sangatlah penting untuk dipelajari sebagai seorang individu maupun pemimpin, karena kita pasti akan menemui masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan keputusan yang benar. terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar keputusan yang diambil tepat, bijak, dan dapat diterima oleh banyak pihak. Dengan mempelajari modul ini, kita juga dapat belajar mengenai pentingnya bertanggung jawab atas konsekuensi dari keputusan yang diambil dan pertangggungjawabannya. 

saya merasa masih banyak yang kurang yang saya sampaikan semoga ini bermanfaat bagi kita semua. 

By. Yestan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun