Tanah Papua, tanah yang kaya. Bukan hanya soal sumber daya tambang semata melainkan potensi lokal yang luar biasa. Papua juga bukan semata burung Cenderawasih atau Raja Ampat lagi dan lagi. Melainkan soal pariwisata dan kebudayaan yang menyimpan ragam keunikan negeri.
Pada September 2010 silam, saya berkunjung ke Pameran Nasional "Gebyar Kain Nusantara" yang diadakan oleh Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara. Saya mendapati kain dari tanah Papua yang begitu khas dan unik. Saya seakan melihat istimewanya daratan Papua dari sehelai kain yang dipamerkan.
Bekenaan dengan hal tersebut maka pariwisata di bidang Ekowisata merupakan bagian dari upaya pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua. Sebut saja Taman Nasional Lorentz, yang merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik (Nugroho 2011). Kawasan ini juga merupakan salah satu di antara tiga kawasan di dunia yang mempunyai gletser di daerah tropis. Taman Nasional Lorentz memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi dengan beberapa kekhasan dan keunikan yaitu adanya gletser di Puncak Jaya dan sungai yang menghilang beberapa kilometer ke dalam tanah di Lembah Balliem. Taman Nasional Lorentz juga memiliki keanekaragaman budaya yang mengagumkan. Diperkirakan kebudayaan tersebut berumur 30 ribu tahun dan merupakan tempat kediaman Suku Nduga, Dani Barat, Amungpe, Sempan dan Asmat. Kemungkinan masih ada lagi masyarakat yang hidup terpencil di hutan belantara ini yang belum mengadakan hubungan dengan manusia modern.
Selain itu terdapat pula ekowisata Taman Nasional Wasur yang merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling luas di Papua yang belum “terkontaminasi” oleh aktivitas manusia. Taman Nasional Wasur memiliki keanekaragaman hayati bernilai tinggi sehingga kawasan ini lebih dikenal sebagai “Serengeti Papua”. Dimana istilah ini merujuk kepada lahan liar di belantara Afrika yang kaya akan biodiversitas.
Lebih jauh menyelami potensi lokal di Papua maka sejenak cobalah kita tengok beberapa kabupaten tertinggal di Provinsi Papua Barat dan Papua. Semisal Kabupaten Teluk Wondama, Sorong dan Raja Ampat di Papua Barat. Serta kabupaten Puncak Jaya, Jayawijaya, Asmat, Nabire, dan Merauke di Papua. Kendati merupakan kabupaten tertinggal, masing-masing kabupaten ini menyimpan potensi kebudayaan unik dan pariwisata daerah yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut.
Kabupaten Teluk Wondama misalnya, memiliki potensi laut yang sangat kaya. Pun, kekayaan sumber daya hutan yang sangat tinggi. Kandungan bumi teluk Cenderawasih merupakan satu bentuk modal diam yang dimiliki, salah satu yang menjadi perhatian besar dalam potensi bahan galian ialah adanya bahan tambang berupa Mika. Potensi lain yang dimiliki ialah adanya Taman Nasional Laut Teluk Cenderawasih. Taman Nasional ini merupakan bagian dari ekowisata. Tingginya keanekaragaman dan terumbu karang yang indah menjadikan daerah ini potensial dalam pengembangan wisata bahari.
Kabupaten Sorong, masih menjadi salah satu kabupaten tertinggal di Papua Barat. Kendati julukan Kota Minyak telah melekat semenjak tahun 1947. Kabupaten ini merupakan salah satu penghasil minyak utama di Indonesia. Erat kaitannya dengan sektor industri pengolahan ialah sektor perdagangan. Sehingga kabupaten Sorong kerap berperan sebagai pintu gerbang guna membuka peluang bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Fyi, kawasan perairannya dikenal sebagai habitat penyu belimbing.
Kabupaten Raja Ampat, siapa yang tidak mengenal destinasi wisata yang satu ini? Sayangnya kendati telah tersohor di seantero negeri, kabupaten ini masih menjadi salah satu kabupaten tertinggal di Papua Barat. Kabupaten ini memiliki sekitar 610 pulau. Dari seluruh pulau, hanya sekitar 35 pulau saja yang berpenghuni. Pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama. Melihat posisinya di kawasan segitiga terumbu karang, yang tepat pada pusat keragaman terumbu karang dunia maka laut di Kepulauan Raja Ampat diindikasikan sebagai kawasan yang paling kaya keragaman hayatinya di dunia! Kepulauan Raja Ampat merupakan bagian dari wilayah yang dikenal sebagai Kawasan Bentang Laut Kepala Burung yang didalamnya termasuk teluk Cendrawasih, Taman Laut Nasional terbesar di Indonesia dan Jamursba Medi yang menjadi lokasi sangat penting di dunia bagi perkembangbiakan penyu laut. Semenjak 1 dekade silam, Pemerintah Kabupaten telah membentuk enam Kawasan Perlindungan Laut yang membuat Raja Ampat menjadi kabupaten perdana di Indonesia yang mendeklarasikan sebuah jejaring Kawasan Perlindungan Laut.
Dari Provinsi Papua Barat, kita beralih ke Provinsi Papua. Kabupaten tertinggal yang dimiliki wilayah ini lebih banyak dibandingkan dengan Papua Barat. Bahkan semenjak 2009 silam terdapat sekitar 19 kabupaten tertinggal dan tahun 2016 saat ini malah terus bertambah menjadi sekitar 25 kabupaten tertinggal.
Semisal Kabupaten Puncak Jaya yang merupakan satu-satunya puncak tertinggi di zamrud khatulistiwa dengan keistimewaannya yang selalu diliputi salju. Puncak jaya menjadi salah satu pintu masuk untuk mencapai puncak tertinggi di dunia ini. Kabupaten ini dikenal sebagai penghasil kopi kedua setelah Kabupaten Jayawijaya.
Kabupaten Jayawijaya, memiliki tanaman kopi sebagai andalan. Perkebunan kopi ini keseluruhannya milik rakyat. Kopi Wamena memiliki aroma dan citarasa yang berbeda. Kopi Wamena dibudidayakan petani hanya dengan mengandalkan kesuburan tanah vulkanik, tanpa pupuk apapun. Inilah keunikan yang menjadi ciri khas potensi komoditi lokal di tanah Papua.
Kabupaten Asmat merupakan wilayah dimana suku Asmat berasal. Ketergantungan suku Asmat pada hutan cukup tinggi karena kehidupan sehari-harinya menggunakan bahan-bahan dari hutan. Kabupaten ini juga terkenal dengan ukiran kayunya. Budaya mengukir di Asmat ini lahir dengan adanya upacara keagamaan. Dalam upacara keagamaan menghendaki adanya pemotongan kepala manusia guna menenangkan arwah nenek moyang. Untuk menghormati arwah nenek moyang, maka dibuatlah patung-patung yang menyerupai arwah nenek moyang. Lambat laun kepercayaan ini menjadi tradisi mengukir dan memahat patung kayu. Patung Asmat yang tadinya dinilai sebagai benda primitif dan wujud kepercayaan terhadap arwah jahat akhirnya menjadi terkenal dan disimpan di sejumlah museum di dunia. Suku Asmat terkenal dengan keterampilan pahatan patungnya. Menurut kepercayaannya, suku tersebut identik dengan hutan atau pohon. Dimana batang pohon dilambangkan sebagai tubuh manusia, dahannya sebagai lengan dan buahnya sebagai kepala manusia. Pohon dianggap sebagai tempat hidup para arwah nenek moyang mereka. Sistem masyarakat Asmat yang mengormati pohon ternyata berlaku juga untuk sungai, gunung dan lainnya.
Kabupaten Nabire, memiliki potensi pariwisata yang besar. Taman laut Teluk Cenderawasih merupakan pilihan wisata bagi penggemar olah raga diving atau snorkeling. Keindahan terumbu karang dan ikan hias air laut menjadi daya tarik utama taman laut ini. Taman wisata Pulau Nubiru, Pepaya dan Anggrameos yang terkenal dengan keanekaragaman hayati. Di Pulau Moor juga ditemukan tumpukan tulang-tulang manusia yang sudah berabad-abad lamanya tersembunyi dalam goa.
Kabupaten Merauke, terdapat sebuah tugu yang merupakan kembaran dari tugu yang terdapat di Sabang yaitu Tugu Sabang – Merauke. Tugu ini dibangun sebagai simbol kesatuan Negara Republik Indonesia dari Sabang (Nanggroe Aceh Darussalam) sampai Merauke (Papua). Kabupaten ini dalam upaya pembangunannya semakin menunjukkan adanya perubahan dan kemajuan yang telah dirasakan manfaatnya bagi kehidupan masyarakat. Namun, saat ini Kabupaten Merauke masih menghadapi kondisi sosial ekonomi masyarakat yang masih terbelakang, terpencil dan tertinggal diakibatkan oleh keterbatasan dan proses pembangunan yang belum maksimal.
Tantangan utama pembangunan pariwisata kedepan ialah bagaimana memanfaatkan secara optimal potensi kekayaan dan keragaman baik budaya maupun alam dan sumberdaya alam untuk meningkatkan sumbangan ekonomi dari sektor kepariwisataan. Diantaranya terkait aspek destinasi pariwisata secara berkelanjutan, industri pariwisata, pemasaran pariwisata, dan kelembagaan pariwisata.
Akhir kata, kewenangan yang diperoleh melalui desentralisasi menjadi dasar kekuatan pelaksanaan desentralisasi di kabupaten tertinggal yang ada di tanah Papua untuk secara mandiri dilaksanakan. Namun pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal juga dituntut untuk mengarusutamakan keberlanjutan yang memperhatikan dengan bijaksana daya dukung lingkungan hidup dan kelestarian sumber daya alam. Langkah-langkah pemberdayaan kapasitas lokal dan penguatan melalui pendekatan partisipatif menjadi strategi yang perlu terus didorong agar keberlanjutan di masa depan dapat dipertahankan dengan kemandirian lokal. Oleh sebab itu, dukungan dan keberpihakan stakeholder pembangunan sangat dibutuhkan dalam percepatan pembangunan daerah tertingggal dan demi terwujudnya masa depan gemilang tanah Papua di bidang pariwisata dan promosi kebudayaan melalui potensi lokal yang ada.
Referensi:
- Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. 2009. Profil 199 Kabupaten Tertinggal
- Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. 2015. Lampiran Pidato Kenegaraan Prsiden Republik Indonesia
- Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Cat: tulisan diikutsertakan dalam kompasiana blog competition “Mengangkat Keunikan Papua, Membuka Masa Depan Pariwisata Papua” oleh PT Freeport Indonesia
Twitter: @yesihendriani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H