Mohon tunggu...
Yesi Hendriani Supartoyo
Yesi Hendriani Supartoyo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Ketika Artikel Kompasiana Saya Menjadi Referensi Disertasi

15 November 2016   16:17 Diperbarui: 15 November 2016   16:40 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok: kompasiana.com
dok: kompasiana.com
Demikianlah 7 keberuntungan yang saya peroleh selang 4 tahun kebersamaan tergabung dalam Kompasiana sebagai seorang Kompasioner. Tapi, selain menulis saya gemar mengikuti acara Kompasiana Nangkring yang sering diadakan oleh Kompasiana. Pernah saya izin dari kantor hanya untuk bergabung dengan kompasioner di Bandung dalam rangka kunjungan lapang ke Sumedang bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Saya berangkat pukul 4 dini hari dari Bogor menuju Bandung menggunakan travel. Nekat? Bisa jadi! Tapi, niat saya bulat dan tekad saya teguh ketika itu. 

Lantas, siapa juga yang akan menyangka bahwa artikel saya di tahun 2012 yang berjudul “Lautku, Lautmu dan Laut Kita” akan menjadi referensi karya ilmiah seorang mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu bernama Febi Junaidi pada artikel ilmiahnya yang berjudul “Laut sebagai Faktor Integrasi Nasional” tertanggal 26 September 2013 (baca: disini).

Belum usai rasa ketersanjungan, saya lantas menemukan artikel saya di tahun 2014 yang berjudul “Tri Hita Karana: Perangkat Lunak Pencapai Keharmonisan dan Kearifan Lokal Masyarakat Bali” yang kemudian menjadi salah satu referensi dalam karya ilmiah seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tidak tanggung-tanggung artikel tersebut disitasi dan dijadikan referensi untuk karya ilmiah DISERTASI yang berjudul “Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Perspektif Filsafat Lingkungan dan Relevansinya bagi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia” (baca: disini). Wow! Bayangkan saja artikel tulisan saya di Kompasiana yang begitu sederhana disitasi oleh seorang mahasiswa Program Doktoral/S3 Ilmu Filsafat UGM. Saya sungguh terharu, ini luar biasa!  LEBAY? Ya! Sejauh ini, saya rasa inilah momen terbaik saya selama 4 tahun di Kompasiana. Ini mungkin sama sekali bukanlah pertanda kapasitas saya sebagai seorang Kompasioner, tapi saya benar-benar terharu. Semacam merasa berarti. Ah, Speechless!

Kebermanfaatan diri semacam ini seakan menjadi proses penghargaan yang mungkin bagi banyak orang merupakan hal yang biasa saja tapi lain halnya dengan saya. Apa yang saya tulis lalu kemudian disitasi orang lain menandakan bahwa apa yang saya tuliskan tersebut bermakna kendati sangat sederhana. Saya seakan menjadi pribadi yang berharga dan saya sadar bahwa kita tidak mesti menunggu menjadi sempurna untuk dapat berbuat sesuatu hal bagi orang lain. Kita cukup menjadi diri kita dengan apa adanya kita saat ini saja dengan tentunya terus berupaya berbuat baik semampu yang kita bisa.

Pada akhirnya, Kompasiana bagi saya tidak sekedar menjadi wadah untuk menyalurkan hasrat menulis, berkompetisi maupun berjejaring. Melainkan mengasah skill dan kemampuan bertutur. Terimakasih, Kompasiana. Semoga di usia 1 windu ini semakin mampu membuat para kompasioner merindu. Rindu akan informasi aktual dan menyenangkan lainnya.

Facebook: Yesi Hendriani Supartoyo

Twitter: @yesihendriani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun