[caption id="attachment_347199" align="aligncenter" width="560" caption="Petugas sedang mengklarifikasi tentang info broadcast yang disebar kepada para calon pemilih (dok: pribadi)"]
Tak lama datanglah rombongan PPK untuk mencairkan suasana dan diharapkan memberikan pencerahan serta arahan berupa solusi untuk permasalahan saat itu. Tapi tampaknya para PPK pun tidak kalah bingungnya, sampai ada Bapak yang bersuara "Saya sudah capek. Hal ini baru kali pertama terjadi".
Sepertinya masalah yang timbul tidak dengan mudah terselesaikan, padahal waktu kian "mepet" mendekati penutupan untuk kemudian dilakukan penghitungan suara. Tak lama mahasiswa kemudian berduyun-duyun mengantri dan mengumpulkan fotocopy-an KTP yang mereka miliki ke petugas, tapi setelah itu suasana di dalam ruangan lengang belum ada yang boleh memilih dan semuanya diarahkan keluar ruangan.
[caption id="attachment_347203" align="aligncenter" width="560" caption="Semua berduyun-duyun mengumpulkan fotocopyan KTP (dok: pribadi)"]
[caption id="attachment_347204" align="aligncenter" width="630" caption="Suasana lengang, belum ada lagi yang mencoblos (dok: pribadi)"]
Waktu berlalu, hingga lewat pukul 14 WIB, belum ada solusi ataupun tanda-tanda bagi para simpatisan untuk bisa menyuarakan haknya. Saya rasa juga hal ini mustahil, karena sebelumnya pihak PPK sudah menjelaskan bahwa hal ini bisa menjadi pelanggaran ketika dituruti, hukumannya pidana.
Tapi, pada akhirnya keputusan finalnya ialah...
Yah beginilah, kita masih sedang dan harus terus belajar untuk berdemokrasi. Tapi, minimal menggerus sikap apatis itu wajib hukumnya. Suatu cerminan sikap yang acuh tak acuh, sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak memperhatikan. Tapi, mungkin bisa jadi apatis itu suatu cara melawan secara halus melalui gerakan kekuatan pasif seseorang yang kurang terdorong untuk melawan secara terbuka. Tapi, lagi-lagi bukan pembenaran untuk kemudian merepotkan orang banyak. Satu cara, setiap orang yang memang ingin maju harus BERTEKAD untuk tidak membiarkan sikap apatis masuk ke dalam dirinya. Salam Demokrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H