Kehampaan yang ia rasakan terlihat ketika di pesta dansa. Robert sepasang dengan Nancy, dan Giselle dengan pangeran Edward, mereka berdansa. Menariknya, pesta dansa tersebut mempunyai peraturan untuk menukar pasangan dengan orang yang mereka undang. Jadi Robert dan Giselle menari bersama. Rasanya nusuk sih ditambah lagi lagunya yang serba nusuk banget, dekat tapi jauh. Itu pun masih tahap pertama.
Tahap kedua, kehampaannya semakin memburuk. Ketika kedua lelaki kembali ke pasangannya masing-masing, raut muka Giselle pun memucat. Ia tahu kalau ia cinta kepada Robert. Tapi mengapa ia tetap menyangkalnya? Gadis dongeng ini memang ribet, padahal awalnya penuh dengan kepastian akan cintanya.
Di puncak film tersebut, sang ratu yang menyamar sebagai nenek tua lagi datang di gedung pesta dansa itu. Giselle pasti mengetahuinya, tapi mengapa ia tak melawan? Sang ratu jahat itu menawarkan sebuah apel beracun untuk mengakhiri hidup si gadis dongeng ini. Ratu jahat itu terus membujuknya, "jika kau ingin melupakan semuanya, makanlah apel ini sebelum waktu berdetik sampai jarum panjang menunjuk pukul 12 malam". Giselle pun memakan apel itu. Ya sudah, sampai itu aja ceritanya.
Intinya kita sudah tahu makna filosofisnya: cinta yang penuh kepastian mungkin masih ada sebelum kita mengenal dengan namanya pacaran, bertahun-tahun namun tak pasti. Cinta Dongeng vs Cinta Dunia Nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H