4. Kode simbolik adalah hal yang mudah berubah, dan subjek dapat ditentukan dalam berbagai bentuk tergantung pada metode perspektif yang digunakan.
Pada tahun 1956, Roland Barthes, yang pernah membaca Saussure: General Linguistics, melihat kemungkinan penerapan semiotika pada bidang lain. Dia bertentangan dengan Saussure tentang status linguistik sebagai bagian dari semiotika. Dia berpendapat bahwa, di sisi lain, semiotika adalah bagian dari linguistik, karena tanda-tanda di bidang lain ini dapat dianggap sebagai bahasa, yang mengungkapkan ide (makna), adalah elemen yang dibentuk oleh penanda, dan terkandung dalam struktur.Â
Dalam semiotika Barth, denotasi adalah sistem penandaan tingkat pertama, dan konotasi adalah tingkat kedua. Dalam hal ini, ekstensi lebih dikaitkan dengan makna tertutup. Sebagai reaksi literal terhadap konotasi yang menindas ini, Barth berusaha menyingkirkannya dan menolaknya. Baginya, hanya ada konten.
Menurut Barthes, analisis naratif struktural memiliki asal-usul metodologis pada perkembangan awal yang disebut linguistik struktural, karena dalam perkembangannya kemudian disebut semiotika tekstual atau semiotika. Jadi, secara sederhana, analisis naratif struktural bisa disebut juga dengan semiotika tekstual karena berfokus pada teks. Alasannya sama, yaitu mencoba memahami makna karya dengan cara menata ulang makna-makna yang berserakan dengan cara tertentu.Â
Untuk memberikan perhatian yang lebih luas pada transmisi makna dan pluralitas teks, ia berusaha untuk mengatur penanda dalam wacana naratif ke dalam serangkaian segmen ringkas dan berkesinambungan yang disebutnya leksia, unit membaca, membaca) dengan panjang pendek yang berbeda.
Sepotong bagian teks yang berdampak atau memiliki fungsi yang khas bila dibandingkan dengan teks lain di sekitarnya adalah sebuah leksia. Sebuah leksia sesungguhnya, tetapi, bisa berupa apa saja, kadang-kadang hanya berupa satu-dua patah kata, kadang-kadang kelompok kata, kadang-kadang beberapa kalimat, bahkan sebuah paragraf, bergantung pad Dimensinya bergantung kepekatan (density) konotasi-konotasinya yang bervariasi sesuai momen-momen teks.Â
Leksia-leksia tersebut dapat ditemukan dalam proses pembacaan teks, baik pada tataran kontak pertama di antara pembaca dan teks maupun pada saat satuan-satuan itu dipilah-pilah sedemikian rupa sehingga diperoleh aneka fungsi pad suatu tataeam perorgsnisasian yang jauh lebih tinggi.
Roland Barthes Roland (1985) berpendapat bahwa teks beroperasi lima kode pokok (cing codes) yang di dalamnya terdapat penanda tekstual (baca: leksia) yang dapat dikelompokkan menjadi lima kode . Menurut Barthes, ada lima jenis kode: Â
(1) hermeneutik (kode teka-teki),
(2) semik (makna konotatif)
(3) symbolik