Mohon tunggu...
Yenny Novita
Yenny Novita Mohon Tunggu... Guru - Sharing 💐 Caring

Momie, Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Belajar dari Abidzar Al Ghifari: Kok Ngga Kayak Uje Ya?

17 April 2023   10:55 Diperbarui: 17 April 2023   10:57 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya H. Muhammad Jefri Al Buchori atau lebih dikenal sebagai Ustadz Jefri Al Buchori. Sekalipun sudah tutup usia di tahun 2013 lalu, saya amat yakin bahwa namanya masih sangat membekas di hati pengikutnya. Pernikahannya dengan Pipik Dian Irawati dikaruniai empat orang anak, diantaranya adalah Abidzar Al Ghifari. Anak ketiga yang mencuri perhatian saya beberapa waktu terakhir ini. 

Abidzar Al Ghifari, anak muda yang kini dikenal sebagai seorang pemeran/aktor Indonesia. Satu kali aksinya  bersama seekor anjing di blue carpet film Balada Si Roy menjadi viral. Alih-alih tentang film Balada Si Roy, interaksinya bersama anjing itulah yang menjadi bulan-bulanan netizen. 

Fyi Balada Si Roy menceritakan tentang seorang pemuda bernama Roy yang diperankan oleh Abidzar Al Ghifari. Roy ini selalu berpergian dengan anjing kesayangannya bernama Joe. Wajar sih, Joe ikut blue carpet, termasuk pemeran utama lho :) 

Saya mulai tertarik mencari tahu tentang Abidzar termasuk bagaimana comment netizen terhadapnya. Salah satunya adalah keluhan kenapa anak muda ini tidak menjadi sama  seperti abinya/bapaknya, Ustadz Jefri Al Buchori. Pemuda ini tak mencerminkan sosok abinya, jauh dari apa yang diharapkan beberapa kelompok netizen :) 

Dan saya mau bilang, bahwa dia memang tidak harus menjadi sama seperti abinya, karena dia Abidzar bukan Jefri Al Buchori. Abidzar adalah seorang individu, seorang anak, seorang pemuda yang punya mimpi dan jalan hidupnya sendiri. 

Bukankah tanpa sadar kita tumbuh dalam pola pikir bahwa anak ustadz/pendeta sekalipun harus menjadi anak alim, anak baik, lurus jalannya seperti anggapan kita bahwa tokoh agama adalah selalu suci bersih jauh dari dosa. Kita lupa kalau mereka ini anak, individu yang punya pikiran, kemauan dan mimpinya sendiri. 

Pada masa remajanya mereka berjuang membentuk jati dirinya, belum lagi dibebani dengan tuntutan dan selalu dibandingkan untuk menjadi serupa dengan orang tua yang tokoh agama. Membayangkan saja rasanya sangat tidak nyaman, jengah.

Dari beberapa podcast dan interviewnya seorang diri/bersama keluarga, saya ambil beberapa poin. Belajar dari Abidzar, dari luar dia tampak seperti pemuda pada umumnya yang mungkin bagi sekelompok netizen jauh dari sosok abinya. 

Dia pemuda normal yang berproses mencari jati diri dan berusaha menjadi otentik. Dan dia sudah berhasil melakukannya, menjadi otentik tanpa rasa takut nama besar orang tua. 

Dia ambil tanggung jawab di masa muda bagi keluarganya, perlahan melepas egonya. Menebalkan telinganya dari komentar pedas netizen atas hidupnya. Fokus membangun karir, dan membangun hidup agamanya yang jauh dari sorot kamera dan ternyata luar biasa. Terbukti dari comment netizen yang terus memujinya.

Untuk itu, saya sangat mengapresiasi apa yang telah dikerjakannya dan terutama kontribusi keluarganya. 

Anak bukan pemenuh harapan orang tua dan lingkungannya. Dengan cepat kita selalu berkata "kok ga kayak bapaknya? Kok ga kayak kakaknya ya? Bapak/kakaknya pinter lho..alim lho" Berkomentar sesuka hati atas nama hak bicara. Meletakkan label itu begitu cepat seakan kita lebih baik. Lupa bahwa setiap individu diciptakan dengan keunikan dan kemampuannya masing-masing.

Bersama-sama mari kita mengingat kembali bahwa anak punya jalan hidupnya sendiri, orang tua membimbing, mengarahkan dan menegurnya. Termasuk senantiasa belajar dan berrefleksi supaya mampu memberi respon hati yang tepat apabila suatu hari dia nampaknya tak sesuai harapan kita. 

Sebuah catatan dan pengingat bagi diri sendiri dan kita semua orang (lebih) tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun