Tidak ada yang abadi selain perubahan itu sendiri, kalimat ini bermakna bahwa akan selalu ada perubahan di semua aspek kehidupan. Tak terkecuali di dunia pendidikan, adalah yang paling merasakan manakala perubahan tersebut terjadi. Perubahan dalam dunia pendidikan terjadi secara besar-besaran pada saat negeri ini mengalami pandemi covid 19.Â
Kenyataan di lapangan mengindikasikan terjadinya learning loss di hampir semua jenjang pendidikan. Kondisi ini menuntut perubahan pada kurikulum di sekolah untuk memulihkan pembelajaran setelah pandemi.Â
Adalah Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang telah mencanangkan pemulihan pembelajaran di sekolah salah satunya melalui kebijakan Merdeka Belajar Episode 15. Salah satu  poin yang paling menonjol dari kebijakan tersebut adalah penerapan Kurikulum Merdeka.Â
Setidaknya ada tiga kelebihan dalam Kurikulum Merdeka, ialah sebagai berikut.Â
(1) Lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum Merdeka lebih berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya. Proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan.Â
(2) Lebih merdeka. Bagi siswa khususnya jenjang SMA tidak ada program peminatan di SMA sehingga siswa memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Guru juga diharapkan mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan siswa. Sekolah pun memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan siswa.Â
(3) Lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada siswa untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.Â
Ketiga kelebihan Kurikulum Merdeka tersebut menjadi faktor yang dibutuhkan dalam pembelajaran saat ini, di mana pihak sekolah membutuhkan keluwesan untuk mendesain kurikulum di tingkat satuan pendidikan setelah masa pandemi. Â
Keluwesan yang dimiliki oleh Kurikulum Merdeka berlaku juga dalam pembelajaran di kelas. Salah satu bentuk keluwesannya adalah mendukung guru dalam mendesain pembelajaran berbasis literasi dan numerasi. Â
Pembelajaran yang bermuatan literasi dan numerasi dibutuhkan oleh siswa. Literasi dan numerasi juga membantu siswa mendapatkan keterampilan dasar yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Sehingga nantinya siswa mampu menghadapi tantangan pada kehidupan mendatang.Â
Harapan yang dilambungkan bahwa jika siswa memiliki kemampuan literasi dan numerasi yang baik maka akan bertahan terhadap berbagai permasalahan yang mereka hadapi di masa mendatang. Kemampuan literasi dan numerasi pun penting untuk mengakses program pendidikan yang lebih luas karena kemampuan tersebut digunakan dalam banyak aspek kehidupan manusia.Â
Di lain pihak, dari pembelajaran yang telah penulis lalui dan lakukan selam ini, diperoleh informasi bahwa kemampuan literasi dan numerasi siswa penulis masih sangat kurang. Hal ini diperkuat dengan hasil Rapor Pendidikan sekolah penulis, yang mana kompetensi literasi dan numerasi masih berwarna kuning. Penulis berpikir untuk melakukan semacam praktik baik yang dapat dilakukan dalam menghadapi situasi tersebut.Â
Terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi  penulis dalam pembelajaran di kelas terkait dengan kemampuan literasi dan numerasi siswa yang masih sangat kurang. Tantangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.Â
Desain pembelajaran yang menarik dan dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan kompetensi literasi dan numerasinya, stimulus dalam pembelajaran yang tepat dan menarik, teknologi tepat guna yang harus digunakan, serta aktivitas siswa yang bermakna dan dapat mematik mereka untuk menggunakan kemampuan literasi dan numerasinya.
Setelah melakukan refleksi dari pembelajaran sebelumnya, penulis memutuskan untuk melakukan semacam praktik baik  dalam pembelajaran di kelas. Kebetulan penulis adalah seorang guru matematika di SMA. Aksi praktik baik tersebut akan penulis uraikan secara singkat dalam artikel ini. yang saya dapat saya ceritakan adalah sebagai berikut.Â
Setelah mempelajari situasi permasalahan yang ada  di kelas, mempelajari karakteristik siswa, dan menganalisis tantangan yang harus dihadapi, penulis memutuskan untuk mendesain pembelajaran matematika di kelas  dengan pembelajaran berbasis Proyek. Dalam pembelajaran berbasis proyek tersebut yang penulis melakukan hal-hal berikut.
(1) Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 -- 5 siswa.Â
(2) Memberikan tugas kepadasiswa untuk menentukan/memilih salah satu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan konsep-konsep yang terdapat dalam matematika peminatan.Â
(3) Â Meminta siswa bermain peran.Â
(4) Mengarahkan setiap anggota untuk berperan sesuai tema permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang telah mereka tentukan/pilih.Â
(5) Membuat skenario sederhana tentang peran yang akan mereka mainkan. Diharapkan setiap peran harus bermakna dan terkait dengan permasalahan tersebut. Setiap anggota kelompok juga harus berkontrbusi aktif untuk kelompoknya.
(6) Membuat video pada saat siswa menyajikan/mementaskan bermain peran, serta (7) Meminta siswa membuat refleksi terhadap tugas proyek yang telah mereka lakukan.Â
Salah satu contoh masalah yang dipilih oleh siswa adalah tentang prediksi jumlah penduduk di suatu kota pada  waktu yang sangat lama di masa yang akan datang. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan menggunakan konsep limit di tak hingga.Â
Dari permasalahan ini siswa mengembangkan dalam bentuk bermain peran seseorang yang sedang menonton televisi. Acara  di televisi tersebut adalah suatu talk show yang menceritakan beberapa staf mentri yang berdiskusi tentang prediksi ledakan jumlah penduduk di kota A dalam waktu yang sangat lama.Â
Ada empat orang staf kementrian dalam diskusi tersebut yang terdiri dari staf kementrian Pendidikan, staf mentri ekonomi, staf mentri kependudukan, dan staf mentri kesehatan.
 Setelah menemukan prediksi jumlah penduduk di waktu yang sangat lama, keempat staf tersebut memperbincangkan program-program kegiatan yang harus mereka rancang untuk menghadapi ledakan penduduk tersebut, sehingga negara kelak tidak menghadapi masalah yang berarti.Â
Bincang-bincang keempat staf diakhiri setelah mereka menemukan kata sepakat untuk program-program yang akan mereka kolaborasikan di masa mendatang. Bermain peran berakhir pada saat seseorang telah menonton acara talk show tersebut dan mematikan televisi. Demikian salah satu contoh bermain peran yang dilakukan siswa di kelas penulis.
Hasil dari aksi dan dampak terhadap diri siswa dan guru dari praktik baik yang dilakukan oleh penulis di antaranya adalah sebagai berikut. (1) Siswa merasa senang dan tidak jenuh belajar matematika. (2) Siswa merasa pembelajarannya semakin bermakna, karena dapat menerapkan konsep-konsep matematika untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari. (3) Siswa menganggap belajar matematika itu sangat penting. (4) Siswa tanpa sadar sudah melakukan kegiatan literasi dan numerasi karena harus mencari informasi, menganalisis, menafsirkan data, membuat keputusan, dan menyelesaikan permasalahan. (5) Siswa terbiasa berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah. (5) Guru tidak jenuh dalam mengajar. (6) Guru mempraktekan penilaian secara holistik dan kontekstual. (7) Guru termotivasi untuk menambah wawasan baik dalam pembelajaran dan penilaian karena harus menilai semua tugas siswa yang beragam.Â
Dari pembelajaran tersebut guru memiliki kemerdekaan dalam mendesain pembelajarannya dan tidak terikat oleh target, yang mana itu adalah salah satu filosofi dari   Merdeka Belajar  sebagai implementasi dari kurikulum merdeka di kelas. Kelas matematika berlangsung tidak kaku dan menegangkan, bahkan sangat menyenangkan.Â
Dari respon dan refleksi yang dilakukan kepada siswa diperoleh informasi bahwa siswa sangat senang belajar matematika dan merasakan manfaat dalam belajar matematika. Dalam hal ini guru juga dapat mengeksplorasi pembelajaran dengan seluas-luasnya, sesuai konteks dan permasalahan yang ada di kelas, serta penyelesaian masalah yang dibutuhkan di kelas.
 Jadi berbagai perubahan yang ada termasuk perubahan kurikulum saat ini bukanlah sesuat yang sulit dan menakutkan bagi siswa maupun guru. Justru dengan kebijakan Merdeka Belajar serta implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah menjadi salah satu solusi bagi para guru dan siswa untuk meningkatkan kompetensi mereka masing-masing.Â
Â
https://www.instagram.com/yenni_dian_anggraini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H