"Gesa pengen langsing dan cantik, Ma. Gesa sudah lelah dan bosan kelebihan berat badan, huhuhu," kata si Gesa diiringi tangisan menderu syahdu.
Aku yang melihat kejadian itu seakan-akan bisa merasakan sedihnya apa yang dirasa si Gesa. Toh, aku juga temannya sejak kami masih kanak-kanak dulu. Toh, aku juga menyaksikan kisah tekanan batinnya selama berwindu-windu. Aku merasa iba padanya.
Terakhir, ku lihat ibu si Gesa memeluk putri semata wayangnya itu seraya memberi petuah singkat dengan berkata, "Nak, melakukan dietboleh-boleh saja, asalkan dengan cara yang sehat, bukan sesat. Jangan menyiksa dirimu dengan tidak makan selama semingguan. Bersyukurlah pada Tuhan atas apa-apa yang telah diberikan. Asal Gesa tahu, biarpun orang bilang Gesa tidak cantik, namun di mata Mama, kamu selalu cantik. Selalu ingatlah hal ini."
Well, kisah itu telah lama berlalu dimakan waktu. Kini ku tak lagi bersama si Gesa dan lama tak berjumpa dengannya. Aku rindu sahabatku itu. Dan sungguh ku bertanya-tanya bagaimana dia sekarang. Apakah dia tetap Gesa seperti yang ku kenal dulu atau telah berubah menjadi sosok lain yang pernah dimimpikannya di masa lalu?
***
Jember, 1 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H