Mohon tunggu...
Yeni Dewi Siagian Psikolog
Yeni Dewi Siagian Psikolog Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog

Professional Training Organizer, Human Capital Practitioner, Digital Marketing ,Trainer dan Assessor BNSP Licensed | Coach, Productivity and Women Empowerment Psychologist | Member of APA (American Psychological Association) | WeSing @yenidewisiagianpsikolog | Twitter @yenidewisiagian | FB/IG @yenidewisiagianpsikolog | YouTube @yenidewisiagianpsikologtv | Pernah bekerja sebagai Journalist di Majalah Intisari (KKG) | Business Inquiries Contact 0812-9076-0969 | Founder of www.butterflyconsultindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

TEATER : ANTARA RASA DAN PROFESIONALITAS

31 Maret 2022   02:08 Diperbarui: 10 April 2022   20:04 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka tidak tampil sebagai orang yang hebat dan menjaga jarak dengan kami yang masih belajar.  Tidak terlihat ada senioritas dari sikap mereka ketika sedang bersama kami. Mereka ramah dan mau berbagi ilmu. Bahkan saya berkesempatan pulang bareng beberapa kali dengan Rita Matu Mona yang sudah sangat terkenal saat itu.

Saya melihat bahwa bagi mereka akting itu tidak sekedar bicara tentang ketenaran, bisa tampil cantik dan akting di panggung. 

Tapi akting itu adalah bagaimana menjiwai tokoh dan memerankannya, sehingga "roh" si tokoh yang kita perankan seakan-akan menjadi "roh" kita sendiri. Sehingga ketika penonton melihat mereka di panggung, penonton bisa terhanyut pada suasana dan alur cerita yang mereka perankan. Beberapa orang menyebutkan hal ini dengan menjiwai "peran".

Di Teaterlah kemampuan akting pelakon teruji. Apalagi dalam teater tidak ada yang namanya pengulangan adegan. Ketika mereka tampil di panggung, mereka harus sudah tahu perannya, hapal alur cerita, hapal kalimat penting yang harus diucapkan, serta tahu kostum dan pernak-pernik apa saja yang harus dipakai untuk setiap adegan.

Kalau mereka melakukan kesalahan di panggung, mereka sendiri yang akan malu, karena artinya mereka melakukan kesalahan itu di depan ratusan atau mungkin ribuan penonton. Dan ini berarti mereka sudah siap jadi bahan cemoohan atau kemarahan penonton saat itu. 

Tapi kalau mereka berhasil memainkan perannya, mereka bisa langsung menikmati apresiasi dan riuh rendah tepukan tangan dan ekspresi kepuasan penonton saat itu.

Bicara tentang kostum, setiap pemain juga harus menyiapkan dan membawa semua kostum dan pernak-perniknya saat akan "manggung". Mereka harus detil mengecek mulai dari atas kepala sampai ke kaki. Termasuk asesoris apa saja yang dipakai juga pernak-pernik yang perlu. Mereka harus hapal urutan kostum dan pernak-pernik yang dipakai di setiap adegan.

Pergantian kostum dan pernak-perniknya juga ada hitungan menitnya sesuai rundown acara.

Kalau ruangan ganti kostum dan asesori cukup terang, semua bisa dikerjakan dengan cepat. Tapi kalau ruangannya hanya remang-remang, bisa jadi ada asesoris yang kita tidak sempat pakai saat harus tampil di adegan selanjutnya. Seperti yang pernah kami alami di salah satu tempat pertunjukkan. Saat itu kami terpaksa harus menggunakan senter karena penerangan tidak memadai di tempat itu.

Selain itu mereka juga harus mengecek riasan di wajahnya dan tatanan rambutnya agar sesuai adegan. Karena make-up yang luntur di wajah atau sanggul yang copot ketika ber-akting di depan penonton misalnya, bisa merusak mood (suasana hati) dan engagement (ikatan) yang dibangun dengan penonton saat itu.

Luar biasa memang pengalaman saat bisa tampil bareng dengan mereka !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun