Mohon tunggu...
Yelfi Maizella
Yelfi Maizella Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi

Mahasiswi yang baru memulai menuangkan opininya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Entrepreneurial Leadership Dalam Kabinet Jilid II Presiden Jokowi

28 Oktober 2019   20:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   21:01 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pak Jokowi, panggilan populer Presiden Joko Widodo, ingin gerak cepat. Pak Jokowi tampaknya ingin mewariskan legacy: Indonesia yang lebih maju, sejahtera, adil dan makmur.

Karenanya, Pak Jokowi ingin mengisi Kabinet-nya dengan menteri-menteri yang memiliki managerial skill bagus, serta kemampuan mengeksekusi program yang mumpuni.

Harapan Pak Jokowi, Kabinet mendatang ini adalah "Kabinet Eksekutor". Biar bisa lari cepat, memeratakan pembangunan ekonomi ke seluruh Indonesia alias Indonesia Centris, dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia (human capital).

Namun, saat berwawancara dengan beberapa pendukung dari berbagai koalisi di Istana Negara beberapa waktu yang lalu, ada satu hal yang perlu digaris bawahi, yakni pertanyaan Pak Jokowi yang mengejutkan: "Bagaimana seandainya saya tarik Gerindra ke Kabinet?"

Gerindra adalah pemimpin Koalisi yang mengusung Pak Prabowo Subianto, rival Koalisi PDI Perjuangan yang mengusung Pak Jokowi saat Pilpres lalu.

Seketika saja koalisi memberikan respons: "Itu nanti akan menghilangkan check and balances." Ada lagi: "Itu akan membesarkan anak macan." Begitu kira-kira.

Intinya, para pendukung dan koalisi langsung keberatan dengan ide Pak Jokowi itu. Ide yang kemudian menjadi ramai dan belakangan ditentang oleh anggota koalisi Pak Jokowi sendiri.

Saya menebak, pasti ada sesuatu di benak Pak Jokowi dengan idenya itu.

"Begini," kata Jokowi. "Selama lima tahun ini banyak proses legislasi di parlemen yang mandeg. Padahal saya butuh perubahan-perubahan perundangan agar bisa berlari lebih cepat," lanjutnya.

"Nah, kalau untuk efektifitas pemerintahan dan kebijakan, bagus." Begitu kira-kira akhirnya koalisi merespons. Dialog pun berlanjut.

Dan dua pekan lalu, Presiden Jokowi memastikan Ibukota Negara pindah dari Jakarta. Isu lama yang selalu jadi wacana. Kini hendak dieksekusi. Lalu kemarin, sebuah tempat di Kalimantan Timur dipilih sebagai lokasi pengganti Jakarta.

Nggak usah menerka-nerka. Siapa pula nyangka, infrastruktur yang lama mangkrak dan tak banyak bergerak di masa lalu, bisa dikerjakan sebegitu cepat dalam empat tahun terakhir, dengan cara yang "tak biasa".

Langkah Pak Jokowi memang kerap di luar dugaan kita. Mungkin itulah yang disebut karakter entrepreneurial leaders itu.

Maka, di Kabinet mendatang, para menteri Pak Jokowi pun tak cukup hanya memiliki keahlian manajerial, melainkan perlu kemampuan entrepreneurial leadership pula.

Nadiem Makarim, adalah salah satu contohnya. Pemilihan dan pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sempat dipermasalah kan oleh publik. Ternyata Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya alasan tersendiri.

Joko Widodo mengatakan saat ini Indonesia berada di era disrupsi, era yang sulit dihitung, era sulit dikalkulasi, era yang penuh risiko. Pada era ini perlu penguatan data dan perlu orang yang memiliki pengalaman bagaimana mengelola sebuah data sehingga bisa memprediksi masa depan.

"Big data ini penting untuk masa depan. Ini kenapa pilih Mas Nadiem Makarim," jelas Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (25/10/2019).

Indonesia perlu orang yang mengerti betul mengenai pengelolaan dan penggunaan internet of Things (IoT), artificial Intelligence hingga big data.Perlu orang yang mengerti bagaimana mengimplementasikan inovasi-inovasi yang ada. Berani keluar dari kotak, berani out of the box, berani tidak rutinitas, berani tidak monoton sehingga akan memunculkan sebuah loncatan-loncatan besar yang itu saya melihat pengalaman dari yang muda-muda bisa mendukung itu.

Sebelumnya, Nadiem Makarim mengatakan sebagai Mendikbud dia akan menjalankan visi Presiden Jokowi dalam pendidikan, menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kebutuhan lingkungan pekerjaan di masa depan itu sangat berbeda dan akan selalu berubah. Link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi pendidikan menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan.

Peran teknologi dalam dunia pendidikan akan semakin besar untuk menciptakan kualitas, efisiensi dan sistem administrasi pendidikan di Indonesia. Teknologi akan diterapkan pada 300 ribu sekolah untuk mendukung 50 juta murid.


"Seperti arahan Presiden kita enggak bisa business as usual, kita enggak bisa gitu-gitu aja, kita harus mendobrak, kita harus inovasi, makanya lah saya diberikan amanah ini," jelasnya.

Meski begitu, lanjut Nadiem Makarim, pendahulunya sudah melalukan berbagai macam terobosan dan terobosan itu akan dilanjutkan dan akan terus ditingkatkan. Harapannya ke depan adalah untuk menciptakan pendidikan berbasis kompetensi dan berbasis karakter, itu luar biasa penting untuk kita.                                                                                                                              

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun