Nggak usah menerka-nerka. Siapa pula nyangka, infrastruktur yang lama mangkrak dan tak banyak bergerak di masa lalu, bisa dikerjakan sebegitu cepat dalam empat tahun terakhir, dengan cara yang "tak biasa".
Langkah Pak Jokowi memang kerap di luar dugaan kita. Mungkin itulah yang disebut karakter entrepreneurial leaders itu.
Maka, di Kabinet mendatang, para menteri Pak Jokowi pun tak cukup hanya memiliki keahlian manajerial, melainkan perlu kemampuan entrepreneurial leadership pula.
Nadiem Makarim, adalah salah satu contohnya. Pemilihan dan pengangkatan Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sempat dipermasalah kan oleh publik. Ternyata Presiden Joko Widodo (Jokowi) punya alasan tersendiri.
Joko Widodo mengatakan saat ini Indonesia berada di era disrupsi, era yang sulit dihitung, era sulit dikalkulasi, era yang penuh risiko. Pada era ini perlu penguatan data dan perlu orang yang memiliki pengalaman bagaimana mengelola sebuah data sehingga bisa memprediksi masa depan.
"Big data ini penting untuk masa depan. Ini kenapa pilih Mas Nadiem Makarim," jelas Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (25/10/2019).
Indonesia perlu orang yang mengerti betul mengenai pengelolaan dan penggunaan internet of Things (IoT), artificial Intelligence hingga big data.Perlu orang yang mengerti bagaimana mengimplementasikan inovasi-inovasi yang ada. Berani keluar dari kotak, berani out of the box, berani tidak rutinitas, berani tidak monoton sehingga akan memunculkan sebuah loncatan-loncatan besar yang itu saya melihat pengalaman dari yang muda-muda bisa mendukung itu.
Sebelumnya, Nadiem Makarim mengatakan sebagai Mendikbud dia akan menjalankan visi Presiden Jokowi dalam pendidikan, menciptakan link and match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Kebutuhan lingkungan pekerjaan di masa depan itu sangat berbeda dan akan selalu berubah. Link and match itu adalah saya akan mencoba menyambung apa yang dilakukan di institusi pendidikan menyambung apa yang dibutuhkan di luar institusi pendidikan.
Peran teknologi dalam dunia pendidikan akan semakin besar untuk menciptakan kualitas, efisiensi dan sistem administrasi pendidikan di Indonesia. Teknologi akan diterapkan pada 300 ribu sekolah untuk mendukung 50 juta murid.
"Seperti arahan Presiden kita enggak bisa business as usual, kita enggak bisa gitu-gitu aja, kita harus mendobrak, kita harus inovasi, makanya lah saya diberikan amanah ini," jelasnya.
Meski begitu, lanjut Nadiem Makarim, pendahulunya sudah melalukan berbagai macam terobosan dan terobosan itu akan dilanjutkan dan akan terus ditingkatkan. Harapannya ke depan adalah untuk menciptakan pendidikan berbasis kompetensi dan berbasis karakter, itu luar biasa penting untuk kita. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â