Dalam sistem ini, petani tidak dibebani kebutuhan koneksi internet, karena petani diberi tag RFID (bisa berupa kartu atau bentuk lainnya) sebagai pengganti sertifikat petani buah. Tag RFID petani ini menyimpan informasi tentang tanaman yang ditanam dan metode budidaya dan panen yang harus diikuti petani. Dari waktu ke waktu, pengawas pertanian atau penyuluh pertanian memantau atau mengevaluasi tata cara budidaya dan panen petani sebagai tindak lanjut sertifikasi dan memastikan bahwa petani masih memenuhi syarat untuk memiliki RFID tag (pengganti sertifikat).
Meskipun aplikasi RFID memiliki banyak manfaat potensial, berbagai masalah tak terduga juga muncul. RFID masih memiliki kekurangan teknologi terutama dalam kaitannya dengan teknik enkripsi, standar frekuensi internasional dan kapasitas penyimpanan. Teknologi RFID tidak cukup efisien dan efektif di beberapa daerah. Sistem RFID pertanian ini tidak sempurna untuk menangani semua masalah RFID berbasis teknologi, karena sumber data yang tersedia sangat sedikit untuk menggeneralisasi kondisi aplikasi RFID. Namun, banyak penelitian tentang aplikasi RFID, khususnya di bidang pertanian, yang membantu mengatasi kelemahan RFID.
ReferensiÂ
Harsanto, B. (2020). Internet of Things Innovation in Agriculture Sector: A Scientometrics Analysis. Informatika Pertanian, Vol. 29 No.2 : 111 - 122.
Jalinus, N., & Marthiana, W. (2018). Suatu Kajian Literatur Aplikasi Radio Frequency Identification dalam Bidang Pertanian. Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi, Vol. 18(1) : 107-116.
Priyandari, Y., Yuniaristanto, & Eviza. (2015). Desain Model Sistem Ketertelusuran Buah-Buahan di Tingkat Petani Menggunakan Teknologi RFID. Jurnal Performa, Vol. 14, No.2: 171-182.
           Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H