Mohon tunggu...
Yosepha D
Yosepha D Mohon Tunggu... Mahasiswa - VL-XXI

Sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Batu Giring, Begini Cerita di Balik Wujudnya

27 April 2017   23:24 Diperbarui: 28 April 2017   14:39 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Terik matahari serasa menyengat kulit siapa saja yang berkeliaran di luar rumah. Siapa sangka, ternyata tak ada yang mampu menampik keunikan salah satu tempat wisata baru di Gunungkidul, Yogyakarta. Pesonanya mampu menaklukkan panasnya terik matahari kala itu.

Batu Giring terbuka untuk umum sejak Januari 2016 silam. Wisata baru tersebut berada di Dusun Jelok, Pacarejo, Semanu, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Batu Giring cocok bagi para wisatawan yang ingin merasakan jenis rekreasi baru, jauh dari hiruk-pikuk keramaian. Para wisatawan dapat menjangkau Batu Giring dengan mudah, sebab siapapun dapat mencapai tempat tersebut melalui jalan beraspal. Selain itu, Batu Giring ternyata berada dalam satu kawasan dengan Kalisuci, Gua Jomblang, dan Telaga Jonge.

Sesuai namanya, Batu Giring merupakan objek wisata berupa kumpulan batu berundak-undak berwarna hitam. Dahulu kawasan itu merupakan tambang untuk pengolahan dan pengambilan batu batako, sebelum kemunculan banyak pabrik. Tanpa disadari, proses tersebut membentuk batu-batu di sana menjadi bertingkat. Penambangan pun berhenti karena proses pengolahan dan produksi mulai dilakukan di pabrik. Sayangnya, masyarakat sekitar malah menggunakan kawasan tersebut sebagai tempat pembuangan sampah.

Beruntung, anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Bakti Dusun Jelok tergerak hatinya untuk memanfaatkan tempat pembuangan sampah itu sebagai objek wisata. Tak heran, mereka berperan besar mengurus persoalan teknis dan operasional wisata Batu Giring. Para anggota Karang Taruna Bakti bersama warga sekitar akan bergantian tiap hari guna menjaga wisata tersebut.

Berbeda dengan objek wisata lainnya, Batu Giring tidak menetapkan biaya tertentu untuk menikmati keindahan alam yang terbentuk tanpa sengaja ini. Pengunjung yang datang diharapkan menyumbangkan dana secara sukarela. Pihak pengelola tidak mematok harga untuk saat ini karena mengakui fasilitas, terutama terkait teknis bagi para pengunjung masih minim. Karang Taruna Bakti akan menggunakan dana sukarela untuk perluasan wilayah dan pengembangan fasilitas Batu Giring.

“Dana sukarela buat pengembangan lokasi, pembuatan gazebo atau penambahan plakat-plakat,” ujar Anjar Sastra, Ketua Karang Taruna Bakti.

Lain halnya jika pengunjung tertarik untuk memanfaatkan Batu Giring guna tempat pentas seni dan pemotretan pre weddingdan foto model.Pihaknya akan mematok harga yang ternyata masih bersahabat di kantong. Kedua macam pemotretan tersebut dikenai biaya 100.000 rupiah. Mereka dapat melalukan pemotretan tanpa batasan waktu dalam satu hari.

Dalam kawasan Batu Giring, terdapat beberapa batu berundak, sehingga ketika dilihat sekilas berbentuk seperti candi. Teksturnya kasar dan terdiri atas barisan batu. Selain itu, sebagai pelengkap tersedia tiga gubuk untuk beristirahat dan satu ayunan. Gubuk dan ayunan terletak di beberapa tempat strategis di kawasan Batu Giring. Sebabnya para pengelola memahami kebutuhan wisatawan yang rata-rata selalu mengabadikan momen di tempat wisata.

Batu Giring merupakan wisata baru di Gunungkidul.  Luasnya pun tak seberapa jika dibandingkan dengan tempat wisata lainnya, namun Batu Giring memang tak dapat dipandang sebelah mata. Para pengunjung berbondong-bondong datang dari beragam daerah. Mereka tidak hanya berasal dari sekitar Gunungkidul saja, melainkan banyak juga yang datang dari luar kawasan Gunungkidul.

Tak setiap saat Batu Giring ramai pengunjung. Biasanya mereka berkunjung menjelang sore hari karena memang siang hari tak ada yang mampu mengalahkan teriknya matahari. Waktu tersebut berlaku pada hari produktif. Lain halnya pada hari libur, Batu Giring ramai sejak pagi hingga sore hari.

Rencana selanjutnya, Batu Giring akan menambah beberapa gubuk dalam waktu dekat ini. Sebab pihak pengelola memahami kurangnya tempat singgah bagi para pengunjung.

“Kendalanya saat ini gazebo terbatas. Biasanya mereka nggak betah lama-lama karena panas dan nggakada tempat berteduhnya,” jelas Anjar Sastra.

Seiring berjalannya waktu, Pemerintah Daerah Gunungkidul tertarik untuk memberi perhatian pula pada wisata Batu Giring. Sayangnya perhatian tersebut baru dalam tahap wacana. Inisiatif pengembangan Batu Giring berasal dari swadaya masyarakat, sehingga untuk saat ini masih secara aktif dikelola oleh warga dan anggota Karang Taruna Bakti.

Karang Taruna Bakti sebagai pengelola tak pernah mengiklankan atau mempromosikan pada media-media besar. Anjar mengaku, para wisatawan mengetahui dan akhirnya berkunjung ke Batu Giring karena publikasi mereka di media sosial. Masyarakat kita memang haus akan eksistensi, sehingga tak ayal jika publikasi yang gembar-gembor mengenai Batu Giring mampu menarik perhatian banyak orang untuk berkunjung.

Batu Giring ternyata tidak hanya berperan sebagai tempat wisata. Kawasan tersebut memberi wadah bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian mengenai Batu Giring. Salah satunya pembahasan tentang proses terbentuknya Batu Giring.

“Sekarang banyak mahasiswa dari Yogya ke sini untuk penyelesaian skripsi, menggali terjadinya Batu Giring,” tambah Anjar Sastra.

Batu Giring merupakan ikon baru wisata di Gunungkidul. Siapa sangka, ternyata bekas pengolahan batu batako memberikan anugerah baru bagi warga sekitar, apalagi penggeraknya adalah anak muda. Tak perlu ragu untuk datang ke Batu Giring, sebab kocek dijamin aman serta tempatnya yang mudah dijangkau. Setelah ke Batu Giring pun, pengunjung dapat melanjutkan berjalan-jalan ke Kalisuci, Goa Jomblang, dan Telaga Jonge. Ibarat kata pepatah, sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun