Mohon tunggu...
Yohanes Budi
Yohanes Budi Mohon Tunggu... Human Resources - Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

https://ebooks.gramedia.com/id/buku/menua-bersama-senja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Cerita Sore Tadi

11 Februari 2021   23:04 Diperbarui: 11 Februari 2021   23:14 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sbr. jakarta.tribunnews.com

Sore tadi, seorang ibu, kenalan baikku, resmi meminang sejumput rambutku. 

Untuk apa, tanyaku.

"Mas, tenang saja. Jika percaya padaku, hidupmu akan tenang dan penuh berkat!" jawabnya.
Aku membatin. Sejak kapan aku percaya pada manusia. Aku hanya percaya kepada Tuhan. Lainnya tidak.

"Tenang, Mas. Bercanda. Maksudnya, ibu tak akan menyalahgunakan rambut ini untuk guna-guna(i) Mas."
Ibu tertawa. Rambut poninya bergerak-gerak mengikut irama tawanya.
Melihatnya tertawa, aku pun ikut tertawa.

"Itu syarat saja, Mas."
Syarat? Memangnya melamar pekerjaan, tanyaku beradu dengan rasa penasaran.

Kini, ia menatapku serius. "Kamu kenal dengan Pina, anakku kan?"
Aku mengangguk. Makin penasaran.
Apakah ia tahu hubungan rahasiaku dengan Pina.
Apakah ia tahu surat balas berbalasku dengan Pina.
Aduh. Makin tak karuan saja.
Bakal runyam urusannya,
jika ia tahu, waktu itu aku pernah menyolek bibir Pina, di malam Sincia tahun lalu.

"Jadi, (meng)gunting rambut itu berarti buang sial!" kata ibu lagi.
Aku diam. Semoga bukan aku yang dimaksud.

"Sudah. Tenang saja. Pokoknya, percaya sama ibu. Mas, ibu doakan sehat dan sukses!"

Aku mengatupkan tangan, tanpa bicara. Sambil melihatnya masuk ke gang, menuju Klenteng di belakang sebuah gereja. 

Gong Xi Fa Cai

Depok, 1102 | 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun