Mohon tunggu...
Yazqi Albee
Yazqi Albee Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa ilmu komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air Mata Senja

30 Januari 2024   12:56 Diperbarui: 30 Januari 2024   13:33 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(jalahkaras.kemendikbud.go.id)

Pelaku:

Orang Tua (1 Pemain)

Istri Orang Tua (1 Pemain)

Tuan Kadi (1 Pemain)

Orang Berkacamata (3 Pemain)

Manusia (4 Pemain)

Keributan suara orang-orang kampung, dari luar panggung terdengar menggil-manggil sambil berkata " Sungai menyulap mata kita, menjadi limbah-limbah! Kemudian kita tenggelam hingga sampai ke dada, lalu menjadikan air mata senja." Kemudian lampu perlahan-lahan hidup dan seketika itu terlihat jaring, jala, pancing, lukah, dan pelantaran tempat orang mandi di tepian sungai. Semuanya hanya tersangkut sampah-sampah plastik.

Di pelantaran itu terlihat orang tua separuh baya sekitar 60 tahun umurnya sedang memperbaiki jala yang penuh sampah.

Orang Tua : Air adalah dunia hidup kita! Tapi kali ini aneh bin ajib selalu saja datang hingga kini dan disi. (Membuang puntung rokok). Kalau kayu sudah ditebang oleh orang negeri ini, tak ada lagi penyangga air. Alamatlah kita kembali ke zaman Nabi Nuh atau air akan menjadi dangkal. Sudahlah dangkal, penuh pencemaran, tak ada yang bisa hidup di sungai ini! (Bingung sendiri dengan perkataannya). Setelah itu ekosistem perairan pun terganggu. Habitat seperti ikan, akan habis. Tengok ini! (Menunjuk kearah jala yang penuh dengan sampah) sampah yang banyak, air pun dah berminyak-minyak. (mendekati lukah yang berdiri di tepi pelantaran) Apalagi ikan-ikan sudah punah. Dulu minum air sungai, sekarang air galon. Naseb badan!!! (Tertawa). Kalau mengutuk dalam hati, buat tambah serasa dekat dengan mati. Eeeeehh puihhh!

(Lampu padam seketika, kemudian hidup kembali). Gelap! Gelap! Gelap! Terlalu gelap mata ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun