Sedangkan Indonesia, ada tujuh pemain yang terus menerus bermain dalam lima kali pertandingan, yaitu Ernando Ari, Rizky Ridho, Justin Hubner, Pratama Arhan, Nathan Tjo-a-on, Marselino Ferdinan, dan Witan Sulaeman, sedangkan Ivar Jenner dan Rafael Struick bermain empat kali. Artinya, ada sembilan pemain yang terus bermain.
Dari fakta itu, bagaimanapun, sangat sulit bagi sebuah tim untuk terus bermain dalam tempo tinggi melawan tim yang semakin kuat, karena tujuh hingga sembilan pemain utama Indonesia pasti ada batas kekuatan/tenaga (fisik), selain itu juga pasti ada ketegangan, kelelahan, tekanan mental yang luar biasa, dan sangat mungkin kebosanan karena jenuh.
Karena kebugaran menurun, ketegangan, kelelahan, tekanan mental yang berat, dan kebosanan pemain, sangat mungkin menurunkan kualitas permainan pemain, juga pergerakan, kecepatan, reaksi, pengambilan keputusan, kesabaran, dan kemampuan menahan emosi.
Akibat tekanan luar biasa, sangat mungkin memengaruhi nalar pemain dalam mencerna strategi dan taktik yang telah digariskan pelatih.
Kedalaman Skuad
Perbedaan besar dalam menyusun pemain starter dalam setiap pertandingan antara pelatih Timur Kapadze dan STY, sepertinya juga mengandung arti bahwa kedalaman skuad kedua tim tidak sama.
Dengan kata lain, mungkin antara pemain utama dan pemain pengganti timnas Indonesia tidak setara, sehingga nama-nama Arkhan Fikri, Dony Tri Pamungkas, Bagas Kaffa, Rayhan Hannan, atau Daffa Fasya, sulit mendapat kesempatan bermain, padahal mereka sudah terpilih dan termasuk yang terbaik di posisinya.
Kegagalan Indonesia melakukan build-up dari bawah untuk menyerang, tampaknya juga akibat hilangnya Rafael Struick yang biasanya bekerja sama dengan Pratama Arhan di sisi kiri.
Struick memiliki kemampuan olah-bola bagus dan mampu melindungi bola. Mungkin itu sebabnya Hubner dan Ridho sangat jarang membangun serangan dari bawah melalui sisi kiri.
Hal lain adalah kemungkinan kurang jelinya STY yang memainkan Fajar Fathurahman di wing-back kanan, padahal Rio Fahmi dengan kecepatan dan naluri menyerang yang tinggi mungkin bisa membantu memecahkan masalah ketika build-up selalu dimentahkan lawan. Apalagi saat melawan Korsel, Fahmi tampil bagus.
Selepas istirahat, tidak ada perubahan taktik atau pergantian pemain yang dilakukan STY, sedangkan pelatih Uzbekistan langsung memasukkan sang kapten, Jasurbek Jaloliddinov dan Khusain Norchaev, keduanya gelandang serang. Artinya, sejak awal babak kedua, Uzbekistan memasukkan dua gelandang serang baru, tentu dengan tenaga yang full.