Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dua Wajah Kekuasaan "Dewa Janus" Vladimir Putin

1 April 2022   02:47 Diperbarui: 1 April 2022   12:29 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krimea, Donets dan Luhansk (Foto: wwwapxap.com)

Krimea, Donets dan Luhansk (Foto: wwwapxap.com)
Krimea, Donets dan Luhansk (Foto: wwwapxap.com)

Pangkalan militer

Invasi Rusia juga ternyata melahirkan banyak spekulasi baru, karena lanjutan dari aneksasi Krimea dan dukungan terhadap kemerdekaan Donets dan Luhansk, ternyata diikuti langkah mengejutkan lain dari Putin, yaitu ingin membangun pangkalan militer di wilayah Donetsk dan Luhansk, sebagai pusat operasi penjaga perdamaian.

"Ukraina timur adalah bagian dari sejarah Rusia kuno. Mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Donetsk dan Republik Luhansk seharusnya sudah dilakukan sejak lama," kata Putin.

Rencana membangun pangkalan militer di Donets dan Luhansk sesungguhnya bukan hal mengejutkan, dan sudah dapat ditebak, meskipun sebelumnya tidak pernah dinyatakan.

Bahkan mudah diduga, ide pambangunan pangkalan militer di Donets dan Luhansk, serta langkah aneksasi Krimea, sangat mungkin telah dirancang sejak lama, terutama terkait kemarahan dan kecemasan Putin melihat gerakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO, yang sejak 1999 mulai 'menguasai' Eropa Timur.

Negara-negara eks Sovyet satu demi satu masuk NATO, padahal sebelumnya merupakan sekutu Rusia dalam aliansi Pakta Warsawa untuk menandingi NATO, dan kenyataan itu bisa jadi membuat Rusia sangat terancam.

Polandia, Republik Ceko, Hongaria, Estonia, Latvia, Lithuania, Bulgaria, Rumania kemudian Albania berturut-turut masuk aliansi. Disusul negara-negara pecahan eks Yugoslavia, yaitu Slowakia, Slovenia, Kroasia, Montenegro, dan Macedonia Utara.

Kecemasan dan ketersinggungan Putin tampaknya semakin memuncak, ketika Ukraina pada 15 Februari 2022 menyatakan ingin segera masuk NATO, dan sangat mungkin diikuti Georgia.

Sikap Vladimir Putin yang kontradiktif dan ambivalen dalam setiap langkah dan keputusannya melakukan invasi ke Ukraina sebenarnya mudah dipahami. Keputusan besar Putin menganeksasi Krimea, mengakui kedaulatan Donets dan Luhansk, dan menyerang Ukraina, dipastikan memiliki alasan yang kuat dengan perencanaan dan pertimbangan yang matang.  

Tentu bukan salah Putin ketika harus memiliki dua wajah kekuasaan dalam langkah dan keputusannya untuk melindungi warga Rusia dari ancaman tentara Ukraina dan melindungi keamanan negaranya dari ancaman AS dan sekutunya yang berhasil menyatukan negara-negara eks Sovyet ke dalam aliansi NATO.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun