Mohon tunggu...
Yayat R Cipasang
Yayat R Cipasang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penulis dan editor beberapa buku di antaranya Selebritas Ramai-Ramai Bidik Senayan (Madia Publisher, 2009), Ketika Hollywood Ngambek (Departemen Keuangan RI, 2011), Pers Amnesia: Mengapa Jawa Pos Berbohong & Mengapa SBY Nginggris (C&K Publisher, 2012), Max Sopacua: Separuh Jiwaku Pergi (C&K Pulisher, 2013), Sutan Bhatoegana Ngeri-ngeri Sedap Gebrak Senayan (C&K Pulisher, 2013), Sutarto Alimoeso Jenderal Semut Membangun Bulog yang Baru (Kreatif Media, 2014), Transformasi Yanti B. Sugarda: Ibu Polling Indonesia (Change, 2014) DPR Salah Gaul (Change, 2014), Biografi Inspiratif Pemilik Trusmi Group Muslim Muda Miliarder (Gramedia, 2015) dan Negeri Kecanduan Impor (C&K Publisher, 2016). | Email: kangyayat@gmail.com | Facebook: Yayat R Cipasang | Twitter: @YayatRCipasang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sally Giovany: Muda Kaya Raya, Tua Sejahtera, Mati Masuk Surga

27 Oktober 2016   17:20 Diperbarui: 27 Oktober 2016   18:20 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENJADI pengusaha tidak sekadar mencari keuntungan tetapi di sana pula terbuka luas ladang amal. Pengusaha bekerja, mengakumulasi penjualan dan keuntungan tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk karyawannya.

Inilah prinsip penting yang menjadi acuan pengusaha muda nan cantik pula, Sally Giovany. Dia adalah CEO Trusmi Group, sebuah holding usaha yang berbasis di Trusmi, Cirebon, Jawa Barat.

Awalnya Sally dan suaminya, Ibnu Riyanto, merintis usaha batik khas Cirebon. Tapi belakangan usahanya semakin mengggurita seperti transportasi, wisata, properti, kuliner dan gaya hidup.

“Saya dan suami punya prinsip: muda kaya raya, tua sejahtera dan mati masuk surga,” selorohnya.

Usahanya kini tidak hanya merambah seantera Cirebon tetapi juga sampai ke sejumlah kota besar di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Surabaya dan Palembang.

Pengusaha, kata ibu dua anak ini, selamanya tidak identik dengan materi atau uang. Uang bagi Sally hanyalah alat perantara atau hadiah untuk mencapai sesuatu. “Artinya uang itu bukan tujuan menjadi pengusaha. Seorang pengusaha itu harus memiliki kredibilitas dan integritas karena dia memimpin banyak orang dan usaha yang dipimpinnya juga bersentuhan dengan masyarakat. Karena itu kredibilitas dan integritas sangat penting bagi orang yang bercita-cita atau merintis menjadi seorang pengusaha baik skala kecil atau besar," terang Sally yang menikah pada usia 17 tahun.

Sally juga tak segan untuk selalu berguru pada pengusaha besar sekelas konglomerat. Berguru bisa secara langsung seperti bertemu dalam sebuah forum atau secara pribadi dan bisa juga berguru secara tidak langsung seperti lewat biografi atau kisah hidupnya.

"Bikin usaha itu jangan tanggung-tanggung. Harus tumbuh besar dan memberi manfaat bagi banyak orang. Saya mengucapkan salut kepada perusahaan yang mempekerjakan ribuan orang dan karyawannya sejahtera," kata  Sally yang juga seorang motivator ini.

Seorang pengusaha, kata Sally, harus menjaga sikap dan perilaku. Perusahaan semakin besar pemiliknya akan menjadi sorotan masyarakat dan media.

"Jangan sampai perusahaan yang dibangun berdarah-darah hancur karena kita tak bisa menjaga sikap dan perilaku. Kalau perusahaan bermasalah maka nasib karyawan juga akan terancam."

Selama menjadi pengusaha, Sally merasakan pentingnya komitmen atas keputusan-keputusan baik yang berhubungan dengan internal atau eksternal perusahaan. Jangan sekali-sekali diabaikan. Pengusaha itu harus bersikap tegas jangan mudah terombang-ambing.

"Ketiadaan komitmen dalam jiwa pengusaha akan membuat kegagalan semakin dekat. Saya menginginkan di Indonesia ini banyak pengusaha yang berhasil dalam bidang apapun sehingga negeri ini kuat dan mendunia," harapnya.

"Tapi kalau bisa jangan seperti saya kawin muda. Saya selalu menganjurkan agar mereka tidak mencontoh saya dalam soal kawin. Saya anjurkan mereka untuk kuliah setinggi-tingginya."

Di setiap akhir presentasi di depan forum, Sally selalu menyampaikan pesan penting bahwa sukses itu sulit dan lebih sulit lagi bila tidak tidak sukses. "Mari kita bekerja dengan sungguh-sungguh agar sukses di dunia dan akhirat."

Ketika bercerita tentang masa lalunya yang sangat prihatin, Sally sempat tercekat dan meneteskan air mata. Sempat kesulitan biaya hidup, Sally mencari uang sendiri dengan menjadi model. Wajah kenesnya sempat mejeng di Majalah Kawanku dan Aneka.

Belakangan Sally sangat mempercayai kedasyatan mimpi. Mimpi kaya raya dan bisa jalan-jalan ke luar negeri, keluar masuk butik alias jadi Nyonya Besar. Hanya dalam hitungan kurang lima tahun semua mimpi Sally saat SMA terkabul begitu mudah.

Perusahaan yang dibangun bersama Ibnu dari kado pernikahan telah beranak pinak menjadi berbagai jenis usaha. Yayasan yang dulu menjadi angan-anngan pun dengan cepat terkabul dan berkembang pula di bawahnya Taman Bacaan Alquran

"Benar-benar ajaib kekuatan mimpi. Saya tak membayangkan sebelumnya akan terkabul. Saya sekarang percaya bahwa semuanya memang harus berawal dari mimpi dan seterusnya kerja keras dan bekerja sungguh-sungguh dan banyak berdoa," kata Sally.

Kini Sally menjadi seorang Nyonya Besar. Semua yang menjadi impiannya sudah diraih. Kasih sayang, materi, anak-anak yang lucu yang akan menjadi generasi pewaris dan banyak lagi.

"Saya sangat mensyukuri itu semua tapi saya juga terus memupuk rasa tidak puas. Kami memiliki rencana yang lebih besar seperti menyerap banyak tenaga kerja dan mengentaskan penganggguran ini yang membuat kami tidak lengah dan terus berinovasi," kata Sally.

Uniknya, ambisi Sally sebagai sang Nyonya Besar--dalam bayangan semasa SMA (jalan-jalan ke luar negeri, menghabiskan hidup dari salon ke salon, belanja di Singapura, berlibur ke Paris dan makan malam di Italia) sampai saat ini tak pernah terpikirkan lagi.

"Justru saya sekarang tak banyak menuntut. Mas Ibnu beberapa kali menawari saya jalan-jalan ke luar negeri, juga menawari saya mobil merek apa saja, saya menolaknya," kata Sally.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun