Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Barbershop Menjamur, Pangkas Biasa Pantang Mundur

26 Januari 2025   09:21 Diperbarui: 26 Januari 2025   09:21 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barberman sedang melayani pelanggan di BarberKing Semarang ( GAMBAR: SABRINA MUTIARA FITRI / KOMPAS.COM)

Dari mana datangnya cinta? Dari mata, turun ke hati.
Dari mana datangnya barbershop? Dari pangkas biasa menjadi profesional.

Seperti itulah kira-kira ungkapan yang pas untuk fenomena barbersop yang kehadirannya mulai banyak di mana-mana. Tak bisa dipungkiri jika barbershop adalah pangkas rambut biasa yang bertransformasi menjadi tukang cukur profesional.

Maka jangan takut jika keberadaan barbershop akan menggeser tukang cukur biasa. Barbershop justru akan membuat pangkas rambut biasa berusaha untuk terus berkembang agar bisa mencapai tingkat profesional seperti barbershop.

Di jaman sekarang, setiap profesi tidak lagi hanya dituntut untuk sekadar melakukan pekerjaannya, melainkan ia dituntut untuk bisa memberi nilai lebih yang akan menarik kehadiran pelanggan.

Kehadiran barershop adalah contohnya, menawarkan tempat yang lebih bersih dan adem, menambah pelayanan dengan keramas dan pijat. Tentu hal ini juga akan menambah rupiah yang harus dibayar.

Transformasi suatu tempat usaha saat ini sudahh banyak terjadi, bukan hanya perihal tukang cukur. Toko kelontong misalnya, yang sebelumnya dilakukan secara konvensional dengan pengaturan barang yang ala kadarnya, sekrang sudah banyak yang bertransformasi mengikuti tren minimarket.

Dulu kita berbelanja di toko kelontong dengan pembayaran secara manual dan tanpa nota, saat ini sudah banyak yang menggunakan sistem point of sale (POS) dalam transaksi penjualannya.

Selain toko kelontong, kita juga bisa melihat tempat usaha cuci motor dan mobil. Sudah banyak nilai tambah yang disediakan oleh pemilik usaha untuk membuat pelanggan betah mengunjungi tempat usahanya.

Begitulah fenomena yang terjadi di banyak sektor usaha saat ini. Barbershop lahir dari tukang cukur biasa yang memberikan nilai tambah pada usahanya. Jangan salah, hal ini muncul juga dipengaruhi oleh permintaan dan tren yang sedang muncul di masyarakat.

Mana ada barbershop yang ujug-ujug muncul dari orang yang tidak pernah berprofesi sebagai tukang cukur? Pastinya ia berasal dari tukang cukur biasa, entah itu dengan sepeda keliling atau di tempat yang terbilang sederhana.

Jika saya mengamati di tempat saya tinggal, keberadaan barbershop memang sudah banyak bertebaran di sekitar kota. Ada yang sekadar barbershop bahkan ada pula yang sekaligus sebagai coffeshop. Tetapi keberadaan pangkas rambut biasa juga tak kalah dari barbershop, bahkan bisa jadi lebih banyak.

Namun keberadaan berbershop ini tidak serta merta menggeser pangkas rambut biasa, sebab tidak semua kalangan selalu mengikuti tren cukur rambut di barbershop.

Untuk kalangan yang sudah tua tentunya memiliki tempat cukur favorit tersendiri, tempat di mana ia biasa memangkas rambutnya dari dulu. Rambut yang sudah beruban dan sedikit botak mana mau cukur di barbershop?

Begitu pula dengan anak-anak yang berusia lima hingga sepuluh tahun, kebanyak orang tua lebih memilih membawa anaknya ke tempat cukur biasa dibanding barbershop. Selain menghemat biaya, juga menghemat waktu.

Berbeda dengan kalangan anak muda, kebanyakan dari mereka pastinya memilih barbershop untuk menata rambut dengan gaya dan tren kekinian, sekalian nongkrong di cafe sehabis cukur.

Di Kabupaten Jeneponto, tempat saya tinggal, memotong rambut di berbershop biasanya dikenakan tarif tiga puluh ribu hingga tiga puluh lima ribu rupiah. Jika diingat-ingat, saya mungkin hanya dua hingga tiga kali memotong rambut di barbershop.

Sejak tren barbershop muncul, saya kebanyakan memilih pangkas biasa untuk memotong rambut. Selain hemat dan juga cepat, toh saya pikir hasilnya sama saja. Hanya kebersihan dan kenyamanan yag membedakannya.

Di artikel sebelumnya, saya pernah menulis perihal pangkas memangkas rambut yang berjudul Saya Orang Turatea, Cukurnya di Pangkas Rambut Madura, menjelaskan tetang kebiasaan saya jika ingin memotong rambut, maka pangkas rambut madura menjadi pilihan.

Di artikel tersebut juga saya membahas tentang keberadaan pangkas rambut madura di butta turatea hingga keberadaannya di banyak daerah di Indonesia.

Pangkas rambut madura adalah contoh kemampuan pangkas rambut biasa menyebar dan bertahan di tengah masifnya pertumbuhan bebershop di tanah air.

Bahkan pangkas rambut madura juga sudah ada beberapa yang berkembang menjadi barbershop dengan tetap mempertahankan ciri khas madura dengan memberinya nama barberman.

Pangkas  rambut adalah profesi yang tak akan ada habisnya, sebab rambut manusia terus tumbuh dan butuh untuk dirapikan. Oleh sebab itu, barbershop atau pangkas biasa akan selalu ada.

Walau barbershop menjamur, pangkas rambut biasa pantang mundur. Pangkas rambut akan terus berkembang dan berinovasi mengikuti tren di setiap waktu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun