Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Barbershop Menjamur, Pangkas Biasa Pantang Mundur

26 Januari 2025   09:21 Diperbarui: 26 Januari 2025   09:21 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barberman sedang melayani pelanggan di BarberKing Semarang ( GAMBAR: SABRINA MUTIARA FITRI / KOMPAS.COM)

Jika saya mengamati di tempat saya tinggal, keberadaan barbershop memang sudah banyak bertebaran di sekitar kota. Ada yang sekadar barbershop bahkan ada pula yang sekaligus sebagai coffeshop. Tetapi keberadaan pangkas rambut biasa juga tak kalah dari barbershop, bahkan bisa jadi lebih banyak.

Namun keberadaan berbershop ini tidak serta merta menggeser pangkas rambut biasa, sebab tidak semua kalangan selalu mengikuti tren cukur rambut di barbershop.

Untuk kalangan yang sudah tua tentunya memiliki tempat cukur favorit tersendiri, tempat di mana ia biasa memangkas rambutnya dari dulu. Rambut yang sudah beruban dan sedikit botak mana mau cukur di barbershop?

Begitu pula dengan anak-anak yang berusia lima hingga sepuluh tahun, kebanyak orang tua lebih memilih membawa anaknya ke tempat cukur biasa dibanding barbershop. Selain menghemat biaya, juga menghemat waktu.

Berbeda dengan kalangan anak muda, kebanyakan dari mereka pastinya memilih barbershop untuk menata rambut dengan gaya dan tren kekinian, sekalian nongkrong di cafe sehabis cukur.

Di Kabupaten Jeneponto, tempat saya tinggal, memotong rambut di berbershop biasanya dikenakan tarif tiga puluh ribu hingga tiga puluh lima ribu rupiah. Jika diingat-ingat, saya mungkin hanya dua hingga tiga kali memotong rambut di barbershop.

Sejak tren barbershop muncul, saya kebanyakan memilih pangkas biasa untuk memotong rambut. Selain hemat dan juga cepat, toh saya pikir hasilnya sama saja. Hanya kebersihan dan kenyamanan yag membedakannya.

Di artikel sebelumnya, saya pernah menulis perihal pangkas memangkas rambut yang berjudul Saya Orang Turatea, Cukurnya di Pangkas Rambut Madura, menjelaskan tetang kebiasaan saya jika ingin memotong rambut, maka pangkas rambut madura menjadi pilihan.

Di artikel tersebut juga saya membahas tentang keberadaan pangkas rambut madura di butta turatea hingga keberadaannya di banyak daerah di Indonesia.

Pangkas rambut madura adalah contoh kemampuan pangkas rambut biasa menyebar dan bertahan di tengah masifnya pertumbuhan bebershop di tanah air.

Bahkan pangkas rambut madura juga sudah ada beberapa yang berkembang menjadi barbershop dengan tetap mempertahankan ciri khas madura dengan memberinya nama barberman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun