Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Transformasi Bendi, Transportasi Tradisional yang Hampir Punah

20 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 21 Januari 2025   20:42 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Delman atau bendi sebagai kendaraan wisata di sekitar istana Bogor (KOMPAS.COM/ MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Masihkah kalian kenal dengan bendi? Atau pernah merasakan sensasi menumpangi kendaraan bendi semasa dulu? Atau mungkin masih ada yang menggunakannya sampai saat ini?

Membahas tentang bendi kita semua pasti akan teringat dengan lagu "delman istimewa" yang menceritakan perjalanan sorang anak kecil bersama ayahnya saat ke kota, lagu yang kerap kita nyanyikan semasa kecil.

Dengan perkembangan teknologi dan mesin transportasi yag kian maju saat ini, keberadaan kendaraan tradisional seperti bendi menjadi semakin tergerus, jumlah bendi dan minat masyarakat yang mulai berkurang membuat bendi nyaris punah.

Bendi atau delman pertama kali dibuat pada ahun 1845 oleh Charles Theodore Deeleman, seorang insyinyur Belanda yang bekerja di Batavia. Oleh sebab itu kendaraan ini dikenal dengan nama delman meski di beberapa daerah dikenal dengan istilah yang lain seperti andong, bendi, dokar, nayor dan cidomo.

Bendi atau delman merupakan transportasi yang banyak digunakan masyarakat Indonesia zaman dulu, menjadi angkutan umum atau angkutan barang antar kampung hingga kecamatan.

Pada masa kolonial, bendi menjadi kendaraan yang terbatas yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu saja seperti penguasa dan tokoh masyarakat. Memasuki masa kemerdekaan, bendi yan semakin polpuler kemudian bertransformasi menjadi kendaraan umum dan angkutan barang.

Sebagai generasi yang lahir pada tahun 90-an, pengalaman menggunakan transprtasi bendi sudah tidak masif. Saya mungkin hanya beberapa kali merasakan sensasi menumpangi bendi, itupun ketika masih usia anak-anak.

Saat masih duduk di bangku SD, di tempat saya bermukim, keberadaan bendi saat itu sudah tidak banyak. Hanya beberapa bendi yang sering hilir mudik sebagai pengangkut hasil pertanian, sementara untuk transportasi umum nyrais tak ada.

Transformasi bendi dari kendaraan umum dan pengangkut barang hingga menjadi kendaraan wisata bahkan mulai tak digunakan sangat dipengaruhi oleh kehadiran kendaraan bermotor yang bertenaga mesin.  

Tak bisa dipungkiiri jika eksistensi bendi perlahan akan hilang dan hanya menjadi catatan transportasi masa lampau.

Keterbatasan jumlah penumpang, kecepatan yang lambat dan mobilitas masyarakat menjadi alasan bendi tak mampu bertahan menghadapi munculnya beragam moda transportasi yang semakin canggih.

Di satu sisi, bendi menjadi transportasi yang ramah lingkungan, dengan sumber tenaga yang berasal dari kuda akan memberi dampak yang tidak besar terhadap kerusakan lingkungan.

Di beberapa daerah di Indonesia seperti di Jakarta dan Jogja dan beberapa daerah di Sumatra, eksistensi bendi saat ini bertransformasi menjadi kendaraan wisata dan hiburan bagi masyarakat kota dan anak-anak.

Meskipun masih ada yang menggunakan bendi sebagai transportasi umum, namun daya tarik yang semakin menurun akan mengancam keberadaan bendi.

Di Kabupaten Jeneponto tepatnya di Kec. Bangkala, kita masih bisa menyaksikan bendi sebagai transportasi umum yang digunakan oleh masyarakat untuk berbelanja ke pasar Allu.

Meski jumlah bendi tidak terlalu banyak, sebagian masyarakat di Allu, Bangkala, masih menggunakan bendi hingga saat ini. Bendi hilir mudik setiap hari khususnya di waktu pagi membawa masyarakat berbelanja di pasar Allu.

Bendi yang berjejer di pasar Allu, Bangkala Kab. Jeneponto (TRIBUNJENEPONTO.COM / MUSLIMIN)
Bendi yang berjejer di pasar Allu, Bangkala Kab. Jeneponto (TRIBUNJENEPONTO.COM / MUSLIMIN)

Alasan yang membuat layanan bendi masih bertahan di wilayah Allu adalah tarif yang mudah dijangkau. Kebanyakan masyarakat yang tinggal berjarak lebih kurang satu hingga dua kilometer dari pasar Allu hanya membayar dua ribu rupiah satu kali rute.

Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh juga membuat penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama dan mampu memuat empat hingga lima orang sehingga layanan transportasi bendi bisa bertahan hinga saat ini.

Sementara di kota Gorontalo, mewarta banthayo.id via kumparan keberadaan bendi  mulai tergantikan dengan keberadaan becak dan becak motor sejak tahun 1997, sehingga bendi yang tersisa tinggal 10 unit dan hanya berada pada titik-titik tertentu di kota Gorontalo.

Angkot atau pete-pete, becak dan sejenisnya adalah kendaraan yang pertama kali menggerus eksistensi bendi. Di kota Makassar, penggunaan bendi sebagai kendaraan wisata atau hiburan belum pernah saya temui, padahal bendi bisa menjadi daya tarik wisata sekaligus pelestarian budaya.

Perubahan pola penggunaan transportasi publik tentunya terus mengikuti perkembangan zaman. Bendi adalah catatan transportasi masala lalu, sama dengan angkot atau pete-pete yang juga mulai terancam keberadaanya.

Namun perkembangan transportasi yang kian meningkat saat ini membawa ancaman akan kerusakan lingkungan. Polusi dan sumber bahan bakar yang terbatas untuk kendaraan bermotor menjadi ancaman pencemaran udara dan kerusakan sumber daya alam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun