Mohon tunggu...
Rahmat Hidayat
Rahmat Hidayat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Penjaga Toko | Toko Rahmat Mandiri | Membaca | Menulis | Puisi | Sosial Budaya | Diari | Jeneponto | Sulawesi Selatan | Email : rahmatcembo@gmail.com | Blog : lentera-turatea.blogspot.com |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Transformasi Bendi, Transportasi Tradisional yang Hampir Punah

20 Januari 2025   17:30 Diperbarui: 20 Januari 2025   17:30 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
delman atau bendi sebagai kendaraan wisata di sekitar istana Bogor (KOMPAS.COM/ MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Keterbatasan jumlah penumpang, kecepatan yang lambat dan mobilitas masyarakat menjadi alasan bendi tak mampu bertahan menghadapi munculnya beragam moda transportasi yang semakin canggih.

Di satu sisi, bendi menjadi transportasi yang ramah lingkungan, dengan sumber tenaga yang berasal dari kuda akan memberi dampak yang tidak besar terhadap kerusakan lingkungan.

Di beberapa daerah di Indonesia seperti di Jakarta dan Jogja dan beberapa daerah di Sumatra, eksistensi bendi saat ini bertransformasi menjadi kendaraan wisata dan hiburan bagi masyarakat kota dan anak-anak.

Meskipun masih ada yang menggunakan bendi sebagai transportasi umum, namun daya tarik yang semakin menurun akan mengancam keberadaan bendi.

Di Kabupaten Jeneponto tepatnya di Kec. Bangkala, kita masih bisa menyaksikan bendi sebagai transportasi umum yang digunakan oleh masyarakat untuk berbelanja ke pasar Allu.

Meski jumlah bendi tidak terlalu banyak, sebagian masyarakat  di Allu, Bangkala, masih menggunakan bendi hingga saat ini. Bendi hilir mudik setiap hari khususnya di waktu pagi membawa masyarakat berbelanja di pasar Allu.

bendi yang berjejer di pasar Allu, Bangkala Kab. Jeneponto (TRIBUNJENEPONTO.COM / MUSLIMIN)
bendi yang berjejer di pasar Allu, Bangkala Kab. Jeneponto (TRIBUNJENEPONTO.COM / MUSLIMIN)

Alasan yang membuat layanan bendi masih bertahan di wilayah Allu adalah tarif yang mudah dijangkau. Kebanyakan masyarakat yang tinggal berjarak lebih kurang satu hingga dua kilometer dari pasar Allu hanya membayar dua ribu rupiah satu kali rute.

Jarak tempuh yang tidak terlalu jauh juga membuat penumpang tidak perlu menunggu terlalu lama dan mampu memuat empat hingga lima orang sehingga layanan transportasi bendi bisa bertahan hinga saat ini.

Sementara di kota Gorontalo, mewarta banthayo.id via kumparan keberadaan bendi  mulai tergantikan dengan keberadaan becak dan becak motor sejak tahun 1997, sehingga bendi yang tersisa tinggal 10 unit dan hanya berada pada titik-titik tertentu di kota Gorontalo.

Sementara 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun