Sama halnya dengan Netflix, Video, Wetv, hadir mengakomodir orang yang suka nonton tapi malas ke bioskop. Begitulah gambaran bagaimana orang-orang inovatif memanfaatkan peluang lalu hadir memanjakan orang-orang mager.
Selain itu, kita juga bisa melihat bagaimana orang-orang bekerja dari jarak jauh, tidak harus ke kantor dan betemu langsung dengan rekan kerja. Inovasi ini tentunya sangat membantu orang yang kebanyakan mager dan akan dianggap menghemat  waktu.  Kemampuan mengembangkan usaha skala yang lebih besar memang tidak terlepas dengan perkembangan informasi yang semakin cepat dan inovasi di bidang teknologi yang kian maju sebagai bagian dari era disrupsi.
Dengan begitu, dapat dipahami bagaimana inovasi-inovasi itu dapat membuka banyak peluang pekerjaan baru. Mungkin saja banyak kalangan yang menilai bahwa kehadiran inovasi seperti Shope, Tokopedia dan lain-lain adalah fenomena disrupsi, tetapi pengaruh kemageran tidak bisa dilepas begitu saja pengaruhnya. Sebab orang-orang yang berinovasi pastinya akan melihat peluang terlebih dahulu.Â
Oleh karena itu, kemalasan atau mager adalah satu fenomena yang berpengaruh besar terhadap terbukanya lowongan pekerjaan yang tentu saja akan berdampak pada perekonomian. Lihat saja perusahaan seperti Gojek, Grab, atau Maxim yang memberi pekerjaan bagi mitra yang siap mengantarkan makanan hingga ke depan pintu, bahkan bisa jadi banyak mitra yang menjadikannya sebagai tambahan penghasilan sampingan.
Boleh dibayangkan seberapa besar pengaruh semua itu  kepada kelayakan hidup para  karyawan maupun mitranya dan tentu saja terhadap perekonomian negara. Bagi kaum mager, jangan berkecil hati, sebab kalian adalah bagian yang memberi sumbagsih. Maka dari itu, berhenti menilai mager sebagai suatu beban negara, mager adalah bagian yang jiga menopang perekenomian.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H