Nah, setelah nilai yang kita bayarkan dikurangkan dengan faktor pengurang tersebut maka ketemulah nilai nominal sebenarnya yang akan kita belikan pulsa listriknya. Nominal inilah yang kemudian dibagikan dengan golongan tarif yang kita miliki. Detail perhitungan di bawah ini.
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/07/1509-listrik-prabayar-4-55ed9a4a0d97739905d428ef.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Taratam ... ketemulah jumlah kWh yang seharusnya kita miliki. Silakan cek dengan struk pembelian apakah sudah cocok. Bisanya sih hanya selisih di belakang koma, seperti gambar di bawah ini:
Â
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/07/1509-listrik-prabayar-5-55ed9a902623bdc50bc10e4c.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Yang penting diperhatikan adalah listrik yang kita miliki termasuk dalam golongan tarif apa. Masalahnya ada beberapa golongan selalu mengalami penyesuaian tarif yang diperhitungkan dari perubahan nilai tukar Rp terhadap dollar, Indonesian Crude Price, atau inflasi. Jangan salah lho ya ... golongan Rumah Tangga dari 1.300 VA termasuk didalamnya. Bisa jadi, inilah yang menyebabkan terjadi perbedaan besaran kWh yang dibeli setiap bulannya. Ayo ... mulai periksa dulu struk pembelian listriknya. Jangan asal marah-marah saja sama PLN ya ...
![](https://assets.kompasiana.com/items/album/2015/09/07/1509-listrik-prabayar-6-55ed9ab14ef9fd44142b1fd5.jpg?v=400&t=o?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI