Mengenai bakat, sebenernya para pembalap kita punya talenta yang patut dilirik. Sayangnya talenta ini kurang diasah dan didukung oleh pemerintah. Berbeda dengan Malaysia yang menaruh perhatian besar pada para pembalapnya dan didukung habis-habisan.
Bentuk dukungan pemerintah yang diperlukan banget itu dalam bentuk sponsor. Balapan di tingkat Internasional itu mahal biayanya. Apalagi buat para pembalap yang belum punya nama besar. Pembalap harus membayar agar bisa balapan di tim tertentu. Belum lagi biaya operasional untuk wara wiri balapan di banyak negara. Jika ada sponsor, pembalap bisa fokus pada balapan agar bisa meraih hasil maksimal.
Veda Ega Pratama adalah pembalap Indonesia yang berhasil meraih podium 3 di Asia Talent Cup seri Qatar 2022. Menggeber motor sejak umur 4 tahun, Veda Ega memang layak berdiri di podium. Sayang ia absen di ATC Mandalika karena cedera saat kualifikasi.
Pembalap sepert Veda Ega, masih punya jalan panjang di dunia balapan. Â Usia yang masih teramat muda tentu terbuka lebar peluang baginya untuk mengeluarkan potensi terbaik. Karena itulah akan sangat disayangkan jika Langkah Veda Ega terhenti karena kurang dukungan terutama dari Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemenpora.
Ya, ia sekarang memang didukung penuh oleh PT Astra Honda Motor (AHM), di bawah naungan tim Astra Honda Racing Team (AHRT), tapi akan lebih baik jika pemerintah turut memberikan dukungan bagi perkembangan karier balapnya.Â
Dengan adanya fasilitas balapan Internasional, sirkuit Mandalika, pemerintah bisa bekerjasama dengan swasta menggelar balapan lokal untuk mengasah kemampuan para pembalap muda. Sekaligus juga bisa menyediakan budget sponsor. Kalau didukung penuh, bukan tak mungkin ada pembalap Indonesia di kelas MotoGP nantinya.
Pujian pada MotoGP Mandalika, Jangan Bikin Terlena
(Komentar untuk artikel Hiburan Segar di MotoGP Mandalika)
Keramahan masyarakat Indonesia selama gelaran MotoGP, sungguh membekas di hati para pembalap. Saya jarang melihat pembalap MotoGP begitu enjoy dan banyak tertawa seperti yang terjadi di Mandalika. Best fans in the world, begitu komentar para pembalap. Â Begitu berkesannya sampai-sampai seorang Miguel Oliveira mendedikasikan kemenangannya untuk Risman, staff hotel tempat dirinya menginap.
Tak dipungkiri, MotoGP Mandalika bukan cuma milik penikmat MotoGP saja namun juga milik masyarakat yang sebelumnya tak pernah memperhatikan balapan. Saking antusiasnya, masyarakat di Lombok yang tak hapal nama-nama pembalap, memanggil para pembalap dengan nama yang sama: MotoGP! Ini membuat Fabio Quartararo tertawa ngakak.