Hal tersebut merupakan perwujudan dari tiga pilar yang diusung oleh Plataran Indonesia, yakni pilar alam, budaya, dan masyarakat dalam upaya menjalankan kegiatan yang berkelanjutan.
Hasil Seni Kamoro, Punya Pasar di Dunia Internasional
Saya datang ke lokasi pameran Kamoro Art Exhibition pada Jumat 29 Oktober lalu, tepat di hari terakhir pameran itu berlangsung.
Aneka patung dari kayu memenuhi ruangan pameran. Ukurannya ada yang besar ada juga yang kecil. Patung kayu didominasi warna hitam dan coklat, hanya sedikit yang berwarna putih.
Melihat satu demi satu patung kayu ini membuat saya membayangkan kondisi Kamoro, Papua saat ini. Saya belum pernah menginjakkan kaki ke pulau Papua. Tidak tahu juga di mana letak suku Kamoro.
Namun. membaca berita kemajuan pembangunan yang sedang digenjot di Papua saat ini, saya berharap wilayah tempat suku Kamoro tinggal jadi lebih mudah dijangkau.
Sesekali saya meraba patung kayu yang dipamerkan. Teksturnya halus. Terlihat ukiran di patung tersebut dipahat dengan tangan dan dibuat dengan hati-hati serta teliti.
Ada patung kayu berbentuk buaya yang panjang sekali. Pasti terinspirasi dengan buaya yang banyak terdapat di sungai di daerah Papua.
Hari itu ada dialog yang diselenggarakan oleh PT Freeport Indonesia dan Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK).
Hadir sebagai narasumber adalah ibu Ghea Panggabean, desainer terkemuka Indonesia dan pemilik Ghea Fashion Studio, ibu Luluk Intarti dari MWK dan Asha Smara Darra, seorang desainer kelas Internasional. Jika Anda asing dengan nama ini, Anda pasti tahu Oscar Lawalata. Yap.. Asha Smara Darra adalah nama baru dari Oscar Lawalata.