Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

The Music of Silence, Jalan Panjang Andrea Bocelli

26 Mei 2020   17:33 Diperbarui: 26 Mei 2020   17:22 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amos Bardi dan sang maestro (dok.auccaravan.com)

Michael Radford sang Sutradara berhasil mengajak penonton untuk ikut larut dalam kegalauan Amos Bardi. Kasian sama Amos Bardi iya, tapi gemes sama Zucchero juga iya.

Michael Radford juga apik mengolah karakter Amos Bardi. Penampilan artis di panggung tentu berbeda dengan kesehariannya. Amos Bardi lebih banyak terlihat muram di keseharian ketika kehidupannya dewasa. Tambahan lagi ia pendiam. Padahal ketika kecil, ia bocah yang sering membangkang.

sang Maestro berjasa besar pada karir Amos Bardi (dok.makingacinephile.com)
sang Maestro berjasa besar pada karir Amos Bardi (dok.makingacinephile.com)
Perubahan watak ini wajar, karena lingkungan yang berbeda di masa kecil dan dewasa. Dengan siapa kita berteman juga bisa mengubah watak kita. Tapi spontanitas Amos Bardi tetap ada di masa kecil dan dewasa.

Ketika ia menjelang menikah, ia melakukan pengakuan dosa yang menyebabkan acara pernikahannya terlambat. Ketika ditanya oleh Andriano, kenapa ia melakukan pengakuan dosa sebelum menikah, Amos bardi bilang bahwa ia mengaku dosa karena bermimpi tidur dengan Kim Basinger, aktris top di masa itu. Polos amat yak.

Bagaimana kisah akhir The Music of Silence? Nonton aja di Mola TV ya. Selain kisah Amos Bardi alias Andrea Bocelli, dalam The Music of Silence kita disuguhi suasana pedesaan Italia akhir tahun 1950 an. Akan lebih terasa nuansa Italianya kalo bahasa yang digunakan dalam film adalah bahasa Italia. Tapi susah ngertinya nanti ya.

At the end dari film The Music of Silence kita tahu bahwa untuk meraih karir gemilang itu nggak mudah, Prosesnya panjang dan butuh dukungan banyak pihak. Mental benar-benar diuji dengan aneka kesulitan. Pun ketika sudah mencapai puncak karir, mental tetap diuji, justru dengan aneka kemudahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun