Setelah acara seremonial, saya baru bisa menikmati Pantai Ohoider. Pantai ini dibuka 24 jam. Tiket masuknya adalah 20 ribu untuk kendaraan roda empat dan 10 ribu untuk kendaraan roda dua. Tak ada tiket masuk untuk pengunjung jadi jika pengunjung datang jalan kaki ya silakan langsung saja berjalan-jalan di pantainya.
Jika sudah memuncak, meti akan membuat pantai jadi lebih luas karena air laut makin meninggalkan pantai. Orang sampai bisa main bola di pantai yang makin luas karena meti.
Kebersihan pantai sangat diperhatikan oleh masyarakat sekitar. Larangan membuang sampah sembarangan sebenarnya baru berupa himbauan dari pak Bupati Thaher dan belum dituangkan dalam perda. Namun himbauan saja sudah membuat masyarakat segan membuang sampah sembarangan.Â
Kesadaran mereka menjaga keindahan alam sangat tinggi. Sampah yang datang dari seberang lautan dibersihkan secara berkala. Ya... sampah kiriman memang masih menjadi masalah bagi masyarakat yang mengelola pantai ini.
Pohon rindang memenuhi pinggiran pantai. Karena itu, jika kita tak ingin berlarian di sepanjang pantai, duduk santai saja di bawah pohon-pohon besar ini dan nikmati hembusan angin laut yang menyentuh pipi.
Saya berjalan menyusuri pantai menuju tempat bangunan kayu didirikan di atas pantai. Di atas bangunan kayu warna-warni yang panjang ini ada tempat untuk pengunjung duduk dan bercengkrama.Â
Saya sempat berhenti melihat anak-anak yang ceria berenang menikmati air surut tanpa rasa takut. Anak-anak ini adalah masa depan Kepulauan Kei. Terlihat juga beberapa perahu mengayun pelan digoyang ombak di kejauhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H