Bupati Kepulauan Kei, Bapak Muhammad Thaher Hanubun bilang bahwa sudah saatnya pariwisata Kepulauan Kei lebih dikenal agar orang tahu bahwa Maluku Tenggara bisa jadi destinasi wisata favorit. Akses menuju lokasi wisata di Kepulauan Kei sudah tersedia.Â
Jalan aspal mulus sudah tersedia dan membuat saya malu karena sempat berpikir kota Langgur yang terletak di Kei Kecil adalah kota terbelakang dengan jalan yang rusak. Yang saya lihat justru aspal mulus dengan rumah bagus bercat warna-warni yang membuat kotanya semarak.
Pak Bupati mendatangi lokasi acara dengan bersepeda bersama para pejabat daerah seperti Komandan Lanud, Komandan Lan AL, pimpinan Pengadilan Negeri Kepulauan Kei, komunitas pesepeda dan lain-lain, menempuh jarak 10 kilometer. Stamina pak Bupati sungguh luar biasa meski usianya sudah 61 tahun.
Mereka menari dengan kompak, mengikuti alunan tetabuhan dan suling. Para pesepeda yang datang tergoda juga untuk ikut menari. Suasana semakin semarak.
Ibu Siti Hajir Hambau adalah salah seorang yang ikut menari. Guru PAUD ini menjelaskan bahwa untuk menari di acara ini, para remaja tak berlatih lebih dulu karena Tari Sawat memang sudah dipelajari sejak dini.Â
Semua masyarakat Kepulauan Kei mampu menarikan tarian yang diperoleh secara turun temurun. Pada acara yang lebih formal, para penari Sawat mengenakan kebaya dan baju khas Kepulauan Kei. Namun karena ini acara yang berlangsung informal, maka kostum resmi ini tidak dikenakan.
Ada beberapa wisatawan asing yang melihat tarian ini juga. Kebetulan mereka sedang menyambangi Pantai Ohoider dan melihat keramaian acara meti.
Pantai Ohoider, Pantai Landai untuk Bersantai