Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Benarkah Pangan Organik Lebih Menyehatkan Dibandingkan Non-Organik?

9 November 2018   12:01 Diperbarui: 10 November 2018   05:23 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Suryati, petani sayur di Desa Kemudo (dok.yayat)

Mbak Rara Wulan membeli sayuran organik di supermarket dan kadang toko online sementara untuk beras organik, ia membelinya dari teman kantor.  Tak ada perlakuan khusus ketika memasak sayuran organik, hanya saja sayuran tak boleh dimasak terlalu lama karena kandungan vitaminnya bisa hilang. Itulah kenapa Mbak Rara lebih sering mengonsumsi sayuran dalam bentuk salad sementara untuk sayur Mbak Rara menggunakan kentang dan wortel organik.

Lalu gimana sih rasa bahan pangan organik? Apa lebih enak? Mbak Widyanti yang sering mengonsumsi beras organik mengatakan bahwa beras organik rasanya lebih enak dan lebih pulen. Teksturnya lebih baik dan tidak mudah lembek ketika dimasak. Sementara Mbak Rara bilang bahwa sayuran organik rasanya lebih segar.

Lain lagi dengan kopi organik. Saat saya berkunjung ke Trade Expo Indonesia 2018 di BSD City pada tanggal 27 Oktober lalu, ada stan Dayang Kopi Organik yang berasal dari Bali. Langsung deh saya mencoba kopinya yang dibagikan secara gratis. Karena saya penyuka kopi dan saya bilang ke mas barista bahwa saya sedang menulis artikel soal bahan pangan organik, mas barista menawarkan kopi espresso kepada saya.

kopi organik (dok.kompas.com)
kopi organik (dok.kompas.com)
Espresso dibuat dari kopi takaran tertentu yang dicampur dengan sedikit air, maka esspresso menjadi kopi yang sangat kental. Saya biasanya tak terlalu suka espresso karena terlalu kental dan pahit. Namun ketika mencicipi kopi espresso yang disodorkan mas barista, saya merasakan kopi yang tak terlalu pahit. Espresso kental mendarat mulus di tenggorokan. Ada rasa pahit dan gurih bercampur jadi satu.

Kopi habis dalam beberapa teguk dan mas barista nggak jadi menambahkan air ke dalam kopi saya dan menjadikannya americano. Udah habis duluan soalnya. Jujur.. kopinya enak. Beberapa pengunjung TEI 2018 yang mampir ke stan Dayang kopi organik juga berpendapat hal yang sama. Kopinya enak.

Proses Menanam Tanaman Organik dan Efek Kesehatan untuk yang Mengonsumsinya

Ketika menyambangi stan Dayang Kopi Organik dan mencicip kopinya, mas barista bercerita tentang bagaimana kopi organik ditanam. Sebelum ditanam, lahan dibersihkan dari unsur-unsur kimia lalu pohon kopi pilihan ditanam di lahan tersebut. Pohon kopi diberi pupuk kandang secara berkala dan sama sekali tak menggunakan pupuk dari pestisida. Pohon kopi juga tidak diberi pupuk dari hasil fermentasi buah, berbeda dengan petani sayuran organik yang ada di Desa Kemudo di kawasan Klaten, Jawa Tengah.

Petani di desa ini membuat lahan untuk menanam sayuran organik seperti terong dan cabai. Ibu Suryani adalah salah satu petani sayuran organik di Desa Kemudo. Ia yang mengajarkan cara pembuatan pupuk berbahan dasar organik seperti nanas, kulit pisang dan bawang merah. Buah-buahan dipotong lalu dicampur air matang dan difermentasi beberapa hari. Nah airnya ini yang disiramkan ke tanaman dan dijadikan pupuk. Selain itu digunakan juga pupuk kandang dan bekatul.

Ibu Suryati, petani sayur di Desa Kemudo (dok.yayat)
Ibu Suryati, petani sayur di Desa Kemudo (dok.yayat)
Apa ada efek kesehatan pada tubuh karena mengonsumsi bahan pangan organik? Mbak Widyanti lebih merasakan efek dari pemakaian skincare berbahan organik. Ia merasa kulit jadi lebih nyaman. Sementara dalam hal konsumsi, Mbak Widyanti belum terlalu merasakan efeknya karena selama ini ia sering mengonsumsi pangan berbasis tanaman dan jarang makan yang berbasis hewan dan olahan pabrikan.

Menarik mendengar cerita Mbak Rara Wulan yang pernah divonis mengidap kanker payudara. Saat itu vonis kankernya masih di stadium awal karena keluhannya baru berupa timbulnya benjolan. Lalu Mbak Rara makin giat mengonsumsi sayuran organik segar serta teh benalu dan tidak mengonsumsi makanan instan. Ia rutin melakukannya dan meski memakan proses lama, namun benjolan di payudaranya hilang dan sampai sekarang vonis kanker tak diidapnya lagi.

Karena pengalaman inilah, Mbak Rara sering sharing dan mengajak teman-temannya mengonsumsi sayuran organik juga. Pengalaman ini juga makin membuatnya setia mengonsumsi sayuran organik untuk dirinya dan keluarganya, makin klop saat ia bertemu dengan suaminya yang seorang vegetarian dan peduli dengan lingkungan serta kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun