Suatu hari, seorang teman yang sedang jalan-jalan bareng saya, mencandai saya, "tuh ada pohon, foto tuh, nanti kebawa mimpi kalo nggak foto," katanya sambil tertawa. Ia bercanda begitu bukan tanpa alasan, karena ia tahu saya suka banget berfoto dengan pepohonan. Tiap ada jejeran pohon atau tanaman pasti poto.
Makanya ketika saya pulang ke kampung saya di Jogja, tiap pagi saya tak pernah absen ke sawah. Buat foto-foto dengan padi atau tanaman jagung atau tebu. Kadang bude saya di kampung mencandai saya juga ketika melihat saya jalan kaki pagi-pagi ke sawah. "Mau foto-foto di sawah lagi ya mbak?", katanya. Saya jawab dengan tawa kecil biasanya.
Saya memang suka berfoto dengan pepohonan. Pohon selain meneduhkan, juga bikin foto jadi kece, Instagramable kalo istilah jaman sekarang. Namun bukan gara-gara instagram juga sih saya doyan foto sama pohon, tapi karena suka sama pohon hehehe. Selagi pohon masih ada, maka nikmatilah berfoto dengannya. Eh.. emang pohon bisa nggak ada? Hmmm..
Pernah menonton film kartun Dr Seus The Lorax? Film ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Tedd yang membuat sebuah benda yang bisa digunakan menjadi syal, topi, handuk dan lain-lain. Semua orang menyukai T-Need, benda yang dibuat Tedd. Demi memenuhi permintaan orang-orang pada T-Need, Tedd menebang pohon yang ada, karena T-Need berbahan dasar daun pohon. Akhirnya semua pohon ditebang dan hutan menjadi gundul.
Jangankan jalan-jalan protokol, coba lihat lingkungan tempat tinggal saya. Pohon besar bisa dihitung dengan jari. Dulu... ketika saya baru pindah ke tempat tinggal saya ini, banyak pohon besar di sekitar saya. Ada pohon duren, pohon mangga, pohon rambutan, pohon nangka.. banyak deh. Saya ingat ketika musim rambutan tiba, pemilik pohon membagi-bagi rambutan yang berbuah hampir tiap hari, karena pohonnya besar dan buahnya banyak.
Sekarang, bekas pohon-pohon ini sudah berganti rumah. Tanah untuk jalanpun sudah ditutup dengan semen dan aspal. Hanya ada tanaman dalam pot, itupun tak semua rumah punya. Pemilik rumah mungkin terlalu sibuk untuk menanam tanaman di pot sekalipun. Sejatinya pohon itu bukan hanya untuk memberi keteduhan, tapi juga untuk menyelamatkan air, dalam konteks besarnya pohon menyelamatkan bumi dari pemanasan global.
Sebuah pohon bernama Trembesi
Sekeliling rumah saya di kampung, dipenuhi dengan pohon pisang. Pohon pisang tumbuh dengan rapat karena tanah di kampung sungguh subur. Saya sering duduk memandangi pohon pisang yang beberapa diantaranya sudah berbuah. Daun pisang yang rapat, sungguh meneduhkan.
Trembesi merupakan pohon yang tumbuh cepat. Dalam waktu 10 tahun ia bisa mencapai tinggi 12-25 meter sementara bentang daun-daunnya bisa mencapai 20 meteran. Sebagai pohon peneduh, Trembesi menyerap karbon dan polutan lebih tinggi dari pohon lainnya. Misalnya dibandingkan dengan pohon Akasia, pohon Trembesi menyerap CO2 sebesar 28,5 ton/tahun/pohon.