Di acara nangkring perspektif kemarin pak Ari bilang, sistem zonasi yang dibuat agar anak-anak nggak pada bingung ambil jurusan di SMA atau kuliah karena kualitas pendidikan yang begitu-begitu aja.. nggak berkembang. Iya saya denger sih emang lulusan SMP bingung mau ambil jurusan apa di SMA dan lulusan SMA bingung mau ambil kuliah jurusan apa.
![anak SMK diajar lebih kreatif (dok.harianterbit.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/13/kemendikbud-5-5b718677bde5752a893b0536.jpg?t=o&v=555)
Pelajaran di SMK yang lebih banyak prakteknya, membuat pikiran anak jadi lebih kreatif dan berkembang. Untuk jurusan, saya sarankan para orang tua memasukkan anaknya di jurusan yang dibutuhkan oleh dunia digital. Karena dunia digital menyerap banyak banget sumber daya dan SDM yang tersedia untuk dunia ini masih sedikit. Contoh jurusan itu misalnya multimedia atau teknik komputer.
Lalu kenapa SMK jadi alternatif menghindari sistem  zonasi? Karena sistem zonasi tidak berlaku untuk penerimaan siswa baru di SMK. Siswa bisa mendaftar sekolah di SMK manapun, bebas. Penyaringannya tetap berdasarkan nilai. Mau lokasi siswa di Jakarta Selatan tapi mendaftar di SMK di Jakarta Pusat boleh aja kok. Bebas deh.
Tapi sayangnya SMK saat ini nggak sebanyak SMA. Jadi pilihan SMK nya emang terbatas jadinya. Jika SMK baru susah didirikan lagi, saya berharap Kemendikbud menambah jenis jurusan di SMK. Jadi pilihan jurusan untuk anak-anak akan makin banyak dan para orang tua nggak lagi misuh-misuh sama sistem zonasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI