Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Sainah, Korban Gempa yang Jadi Juragan Bakso Tusuk dan Fakta Penurunan Angka Kemiskinan

1 Agustus 2018   14:54 Diperbarui: 1 Agustus 2018   16:52 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usaha yang tercetus dalam pikirannya adalah menjual bakso tusuk. Alasannya sederhana, semua orang suka bakso dan bakso tusuk belum ada yang menjual di lingkungan tempat tinggalnya.

Perlahan tapi pasti usaha jual bakso tusuk makin berkembang. Dari mulai menjual di rumah hingga akhirnya membuka 5 cabang dengan total 12 karyawan. 

Saat ini ia memperoleh memperoleh laba kotor 7 juta sehari dan setelah dipotong biaya operasional dan lain-lain, laba bersihnya adalah 3 juta sehari. Bu Sainah kini kerap diminta berbicara di depan orang banyak untuk menceritakan kisah manisnya ketika mendapat modal usaha dari PKH.

salah satu potret kemiskinan (dok.republika.com)
salah satu potret kemiskinan (dok.republika.com)
Kisah bu Sainah adalah salah satu kisah manis dari berhasilnya program PKH untuk mengurangi angka kemiskinan. Di luar sana pasti masih banyak Sainah Sainah yang lain yang belum bersuara tapi sudah merasakan manfaat program pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan. Meski masih banyak kekurangannya, program-program seperti ini patut kita hargai.

Saat saya share kisah bu Sainah di twitter saya, banyak yang nyinyir mengatakan bahwa orang yang hidup di bawah garis kemiskinan masih teramat banyak, bahkan ada yang sampai meninggal dunia karena kelaparan. Well.. kebanyakan netizen memang tidak mau tau soal berita positifnya tapi lebih menggali berita negiatifnya. Maha benar netizen dengan segala cuitannya.

Pada acara diskusi kemarin, bapak Suhariyanto selaku kepala BPS (Badan Pusat Statistik) bilang bahwa Indonesia per Maret 2018 memiliki angka kemiskinan di 9,82% atau sejumlah 25,95 juta orang. 

Menurun dibandingkan September 2017 di mana jumlah penduduk miskin adalah 26,58 juta orang atau sebesar 10,12 %. Indonesia pernah mencapai angka kemiskinan tertinggi yaitu di 1999 sebesar 23,43% atau sejumlah 47,97 juta orang. Inget kan yaaa 1999  itu adalah masa krisis moneter setelah kerusuhan massal 1998.

Kemiskinan adalah sebuah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari pengeluaran. Meski angka kemiskinan sudah 1 digit tapi secara jumlah, memang masih banyak orang dengan kategori miskin di Indonesia. 

Jumlahnya penduduk miskin yang 25,95 juta jiwa itu penyebarannya juga tidak merata. Jumlah kemiskinan tertinggi ada di wilayah Indonesia Timur dan terutama ada di daerah pedesaan.

Bu Sainah sang juragan bakso tusuk (dok.yayat)
Bu Sainah sang juragan bakso tusuk (dok.yayat)
Faktor yang berpengaruh besar pada meningkatnya angka kemiskinan adalah meningkatnya harga bahan pokok, meningkatnya kebutuhan non pokok seperti rokok atau bensin. 

Lalu faktor lain juga bisa berasal dari terjadinya bencana alam, seperti yang dialami bu Sainah di atas. Rokok mempengaruhi kemiskinan? Iya banget. Kadang ya.. orang lebih memilih beli rokok daripada beli makan. Sampai berhutang juga dibelain tuh supaya tetep bisa merokok.Ini PR besar buat pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun