Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Sainah, Korban Gempa yang Jadi Juragan Bakso Tusuk dan Fakta Penurunan Angka Kemiskinan

1 Agustus 2018   14:54 Diperbarui: 1 Agustus 2018   16:52 2009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakso tusuk bu Sainah (dok.travelingyuk.com)

Ibu Sainah awalnya tak menyangka bahwa ia akan bisa menjadi pengusaha bakso yang punya laba bersih jutaan rupiah setiap harinya. Namun karena kerja keras dan niatnya untuk mengubah hidup, ia berhasil menjadi pengusaha bakso tusuk yang punya 5 cabang dengan total karyawan 12 orang. Labanya? Laba bersih tiga juta rupiah ia dapatkan setiap hari. Kadang orang harus jatuh dulu supaya ia naik lebih tinggi dari sebelumnya.

Pada acara bincang-bincang mengenai Fakta Penurunan Angka Kemiskinan yang digelar Forum Merdeka Barat 9 di Kementrian Komunikasi dan Telekomunikasi di bilangan Merdeka Barat tanggal 30 Juli 2018 lalu, bu Sainah berkisah mengenai prosesnya menjadi seorang pengusaha bakso tusuk. Ia tinggal di Imogiri Bantul Yogyakarta. Datang ke Jakarta untuk berbagi tentang kisahnya.

Bu Sainah adalah salah seorang korban gempa besar Yogyakarta yang terjadi tahun 2006. Gempa ini bukan hanya memporakporandakan rumahnya tapi juga menghancurkan kehidupannya. 

Suami yang bekerja sebagai kuli di sebuah proyek, harus berhenti kerja gara-gara gempa. Bu Sainah yang tadinya hanyalah ibu rumah tangga harus terjun langsung mencari uang demi membantu suaminya memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Untuk rumah, ia bersyukur bahwa pemerintah memberikan bantuan renovasi rumah sebesar 15 juta rupiah. Namun untuk kehidupan sehari-hari ia hanya mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan.

Tahun 2007 bu Sainah mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar 300 ribu rupiah. Uang sebesar itu hanya cukup untuk belanja kebutuhan pokok selama seminggu.

Bu Sainah (dok.yayat)
Bu Sainah (dok.yayat)
Bu Sainah menyambi menjual barang-barang yang ia ambil dari seorang juragan dan membawa pulang laba 15 ribu sehari. Tentu ini tak cukup untuk belanja sehari-hari. 

Kemudian tahun 2007 ia mendengar tentang PKH (Program Keluarga Harapan). PKH adalah program pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Ia berusaha mencari tahu bagaimana cara bisa mendapat dana PKH.

Akhirnya setelah mencari informasi ke sana kemari mengenai PKH, bu Sainah bisa menjadi anggota PKH dan mendapat 1 pendamping. Dalam PKH memang ada pendamping yang bertugas memberi pengarahan pada penerima PKH agar bisa menggunakan uangnya dengan bijak.

Langkah pertama ia mendapatkan dana 250 ribu rupiah untuk pendidikan anaknya. Dana ini benar-benar ia gunakan untuk keperluan anaknya bersekolah.

Usaha kerasnya berbuah ketika ia mendapat modal usaha dari PKH tahun 2009 sebesar 1 juta rupiah. Karena tak ingin terus hidup susah, bu Sainah mengikuti saran pendampingnya untuk menggunakan uang ini sebagai modal usaha. 

Usaha yang tercetus dalam pikirannya adalah menjual bakso tusuk. Alasannya sederhana, semua orang suka bakso dan bakso tusuk belum ada yang menjual di lingkungan tempat tinggalnya.

Perlahan tapi pasti usaha jual bakso tusuk makin berkembang. Dari mulai menjual di rumah hingga akhirnya membuka 5 cabang dengan total 12 karyawan. 

Saat ini ia memperoleh memperoleh laba kotor 7 juta sehari dan setelah dipotong biaya operasional dan lain-lain, laba bersihnya adalah 3 juta sehari. Bu Sainah kini kerap diminta berbicara di depan orang banyak untuk menceritakan kisah manisnya ketika mendapat modal usaha dari PKH.

salah satu potret kemiskinan (dok.republika.com)
salah satu potret kemiskinan (dok.republika.com)
Kisah bu Sainah adalah salah satu kisah manis dari berhasilnya program PKH untuk mengurangi angka kemiskinan. Di luar sana pasti masih banyak Sainah Sainah yang lain yang belum bersuara tapi sudah merasakan manfaat program pemerintah dalam mengurangi angka kemiskinan. Meski masih banyak kekurangannya, program-program seperti ini patut kita hargai.

Saat saya share kisah bu Sainah di twitter saya, banyak yang nyinyir mengatakan bahwa orang yang hidup di bawah garis kemiskinan masih teramat banyak, bahkan ada yang sampai meninggal dunia karena kelaparan. Well.. kebanyakan netizen memang tidak mau tau soal berita positifnya tapi lebih menggali berita negiatifnya. Maha benar netizen dengan segala cuitannya.

Pada acara diskusi kemarin, bapak Suhariyanto selaku kepala BPS (Badan Pusat Statistik) bilang bahwa Indonesia per Maret 2018 memiliki angka kemiskinan di 9,82% atau sejumlah 25,95 juta orang. 

Menurun dibandingkan September 2017 di mana jumlah penduduk miskin adalah 26,58 juta orang atau sebesar 10,12 %. Indonesia pernah mencapai angka kemiskinan tertinggi yaitu di 1999 sebesar 23,43% atau sejumlah 47,97 juta orang. Inget kan yaaa 1999  itu adalah masa krisis moneter setelah kerusuhan massal 1998.

Kemiskinan adalah sebuah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar yang diukur dari pengeluaran. Meski angka kemiskinan sudah 1 digit tapi secara jumlah, memang masih banyak orang dengan kategori miskin di Indonesia. 

Jumlahnya penduduk miskin yang 25,95 juta jiwa itu penyebarannya juga tidak merata. Jumlah kemiskinan tertinggi ada di wilayah Indonesia Timur dan terutama ada di daerah pedesaan.

Bu Sainah sang juragan bakso tusuk (dok.yayat)
Bu Sainah sang juragan bakso tusuk (dok.yayat)
Faktor yang berpengaruh besar pada meningkatnya angka kemiskinan adalah meningkatnya harga bahan pokok, meningkatnya kebutuhan non pokok seperti rokok atau bensin. 

Lalu faktor lain juga bisa berasal dari terjadinya bencana alam, seperti yang dialami bu Sainah di atas. Rokok mempengaruhi kemiskinan? Iya banget. Kadang ya.. orang lebih memilih beli rokok daripada beli makan. Sampai berhutang juga dibelain tuh supaya tetep bisa merokok.Ini PR besar buat pemerintah.

Tiga hal penting dalam menurunnya angka kemiskinan

Bapak Bambang Brojonegoro Kepala Bappenas pada diskusi kemarin menjelaskan tiga hal penting yang membuat angka kemiskinan menurun. Tiga hal itu yang pertama adalah kebijakan dan program pemerintah yang didasarkan pada cita-cita kemerdekaan, amanat konstitusi dan visi misi Nawacita pemerintah.

As we know Nawacita Presiden Joko Widodo diantaranya adalah membangun Indonesia dari pinggiran, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik dan melakukan revolusi karakter bangsa. Tahu bahwa penduduk desa menyumbang angka kemiskinan yang tinggi maka program pemerintah lebih menyasar penduduk di pedesaan.

para narasumber saat diskusi (dok.yayat)
para narasumber saat diskusi (dok.yayat)
Hal kedua adalah sinergitas antara pemerintah dan lembaga-lembaga negara, sinergitas antar kementrian dan antar lembaga pemerintah, serta sinergitas pemerintah dengan berbagai elemen masyarakat termasuk di dalamnya adalah kalangan perusahaan swasta. 

Keliatan sik kalangan perusahaan swasta kali ini emang makin dirangkul oleh pemerintah dan kalangan swasta makin menyadari pentingnya berkiprah ke masyarakat umum dengan terbentuknya program CSR di kalangan perusahaan swasta.

Hal ketiga adalah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang langsung turun ke lapangan memastikan bahwa seluruh kebijakan dan program pembangunan nasional berjalan secara baik dan efektif guna mempertahankan prestasi pembangunan dam memastikan target penurunan angka kemiskinan akan tercapai. 

Memang sudah seharusnya Presiden turun langsung ke masyarakat biar langsung melihat kondisi di masyarakat.

Meski banyak yang menganggapnya pencitraan, tapi saya bersyukur pak Jokowi nggak mendengar suara-suara negatif di luar sana tentang kiprahnya yang hobi blusukan karena hasil terjun langsung ini membuat Pak Jokowi tau mana program yang berhasil dan mana yang tidak. 

Beliau juga tau masalah apa yang ada di masyarakat yang penting banget untuk dicarikan solusinya segera. Tindakan yang cepat akan membuat masalah di masyarakat cepat tertangani. Nggak peduli capek.. yang penting kerja kerja kerja yakan Pak Jokowi.

Lalu apa kemiskinan bisa menghilang dari bumi Indonesia? Menghilang tentu tidak secara Indonesia punya banyak jumlah penduduk yang banyak tinggal di pelosok pedesaan di mana untuk mencapainya kadang memerlukan alat transportasi yang sulit di dapat di daerah tersebut. 

Namun dengan adanya program-program pemerintah untuk mengurangi kemiskinan, berharap saja bahwa jumlah penduduk miskin maskin berkurang. Positif thinking sajalah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun