Jalan-jalan di Bali yang seharusnya berakhir mengesankan berubah jadi mimpi buruk buat para penumpang Lion Air Denpasar-Jakarta. Sebagian sudah saya tulis di Kompasiana semalam, namun kelanjutan dari kisah tragis (taelah) para penumpang Lion Air Denpasar Jakarta itu lebih heboh lagi sebenarnya. Ceritanya saya dapet rezeki stay di Bali tanggal 1 sampe 3 Februari kemarin. Berangkat sih lancar pake Sriwijaya Air, on time lah terbangnya. Nah baliknya saya dibelikan tiket Lion Air.
Selepas jalan-jalan ke pantai hari Jumat 3 Februari, saya langsung ke Bandara I Gusti Ngurah Rai buat check in. Jadwal saya kembali ke Jakarta adalah jam 20.30 WITA. Saat check in jam 17.00 WITA, lancar aja. Di boarding pass tertera jadwal terbang jam 20.30 dengan JT 025. Mbak di counter check in mengingatkan agar saya masuk ke gate jam 8 malam. Saya ngopi-ngopi cantik dulu menghabiskan waktu.
Jam 19.00 WITA saya menuju gate 5 untuk bersiap terbang. Ternyata di gate 5 sedang ada kehebohan. Penumpang Lion Air yang mestinya terbang ke Jakarta jam 17.00 WITA, belum ada kejelasan kapan mereka bisa terbang. Banyak penumpang yang marah-marah. Delay bukan hanya terjadi di rute menuju Jakarta, tapi juga Surabaya, Manokwari dan Makassar. Seorang penumpang tujuan Surabaya mestinya berangkat jam 18.00 namun dia belum mendapat kepastian kapan bisa terbang.
Setelah itu suasana lebih tenang. Saya mendatangi petugas counter untuk menanyakan bagaimana status penerbangan saya dan jawabannya sungguh mengejutkan. JT025Â no operate dan diganti ke JT 027 yang berangkat jam 21.30. Saya bertanya kenapa saat check in, di boarding pass tertera JT025 dan bukan JT027. Alasan petugas counter, waktu saya check in jam 5 sore belum ada keputusan no operate. No operate baru dilakukan jam 6. Saya mengurut dada aja mendengar alasan ini.
Petugas counter memastikan saya dapat seat di JT027 tapi si petugas belum bisa memastikan jam berapa saya bisa terbang. Sedangkan di ruang tunggu gate 5 masih ada penumpang tujuan Jakarta yang harusnya berangkat jam 18.15. Ya sudah .. saya menunggu informasi sambil duduk lagi. Waktu pun berlalu… menunjuk angka jam 10 malam. Penumpang JT033 yang hahrusnya berangkat jam 18.15 merubungi petugas counter lagi.
Lama kemudian para penumpang ini antri berbaris. Ternyata pihak Lion Air memberikan kompensasi 300 ribu rupiah per orang. Sekitar jam 23.00 WITA, penumpang JT033 masuk ke pesawat. Ada beberapa penumpang JT027 yang minta ikut ke JT033 dan mereka bisa masuk ke pesawat itu. Penumpang JT027 menyerbu petugas counter lagi untuk menanyakan kepastian terbang. Suasana heboh lagi.
Dari petugas counter, saya mendapat info kemungkinan bisa terbang jam 1 pagi. Luar biasa delay-nya, tapi daripada tak bisa pulang, ya sudahlah keputusan ini saya ikuti. Saya lihat pesawat yang membawa JT033 baru terbang jam 24.00 lewat. Karena sudah delay 4 jam, penumpang JT027 dapat kompensasi delay 300 ribu juga dan itu baru diberikan hampir jam 1 pagi.
Jam 3 pagi pilot pesawat mengumumkan bahwa otoritas bandara tidak mengijinkan JT027 untuk terbang, penumpang disuruh turun. Wah… jangan ditanya marahnya para penumpang. Di bawah pesawat banyak petugas yang berdiri menjaga para penumpang yang marah tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Bus membawa kami kembali ke terminal kedatangan.
Saya ikuti para penumpang yang menuju ke ruang pelayanan maskapai Lion Air. Ibu-ibu yang menggendong anaknya membanting kursi. Kasian anaknya yang batita, tertidur capek di gendongan ibunya yang lelah. Para laki-laki berteriak memaki-maki. Melihat kondisi ini, saya ngacir ke ruang claim bagasi di mana sebagian penumpang mengerubungi petugas Lion Air di ruang ini.
Penumpang JT026 minta jaminan transfer, maka petugas Lion membuat surat pernyataan dan surat pernyataan ini dipegas si petugas lalu di foto. Hadoh saya geleng-geleng kepala. Nah setelah mengurusi penumpang JT026, giliran petugas Lion kudu mengurusi penumpang JT027. Nggak usah saya bilang lah ya gimana kondisi penumpang yang marah-marah ke petugas. Bahkan ada beberapa perempuan yang menangis karena marah dan lelah. Saya sampai merinding karena takut, lelah juga lapar. Banyak penumpang yang harus melanjutkan perjalanan ke kota lain, akibat Lion delay, tiket yang sudah terbeli jadi hangus.Â
Seorang petugas Lion Air menjelaskan solusi yang ia dapat dari pimpinan. Kami diberikan fasilitas hotel buat menginap dan akan diberangkatkan dengan pesawat Lion jam 7.40 pagi. Pemberian fasilitas hotel ini nggak masuk akal sih, kondisi saat itu jam 4 pagi dan nggak mungkin balik ke hotel. Penumpang meminta jaminan bahwa kami benar akan diberangkatkan pagi itu. Tapi pihak Lion Air tidak bisa memberi jaminan. Saya minta bantuan ke petugas keamanan bandara yang berdiri menjaga area, tapi mereka bilang tugas mereka adalah mediasi saja karena keputusan tetap di pihak Lion Air.Â
Setelah suasana tenang karena penumpang yang marah sudah keluar, kami mendekati petugas Lion yang tersisa dan meminta kepastian. Si petugas memberikan info sama, yaitu kami akan diberangkatkan jam 7.40 pagi. Si petugas ini mengantar kami ke ruang tunggu bandara. Harap-harap cemas, saya dan penumpang lain menunggu di ruang tunggu. Cuma ini yang bisa kami lakukan. Jam 7 pagi, petugas counter mengumumkan agar penumpang JT027 masuk ke pesawat. Setelah menunggu 30 menit, pesawat berangkat ke Jakarta. Saya lelap di pesawat… tepar. Ketika akhirnya pesawat sampai dengan selamat di bandara Soetta, saya tak pernah merasa sebegitu bahagianya melihat Jakarta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H