Saya ikuti para penumpang yang menuju ke ruang pelayanan maskapai Lion Air. Ibu-ibu yang menggendong anaknya membanting kursi. Kasian anaknya yang batita, tertidur capek di gendongan ibunya yang lelah. Para laki-laki berteriak memaki-maki. Melihat kondisi ini, saya ngacir ke ruang claim bagasi di mana sebagian penumpang mengerubungi petugas Lion Air di ruang ini.
Penumpang JT026 minta jaminan transfer, maka petugas Lion membuat surat pernyataan dan surat pernyataan ini dipegas si petugas lalu di foto. Hadoh saya geleng-geleng kepala. Nah setelah mengurusi penumpang JT026, giliran petugas Lion kudu mengurusi penumpang JT027. Nggak usah saya bilang lah ya gimana kondisi penumpang yang marah-marah ke petugas. Bahkan ada beberapa perempuan yang menangis karena marah dan lelah. Saya sampai merinding karena takut, lelah juga lapar. Banyak penumpang yang harus melanjutkan perjalanan ke kota lain, akibat Lion delay, tiket yang sudah terbeli jadi hangus.Â
Seorang petugas Lion Air menjelaskan solusi yang ia dapat dari pimpinan. Kami diberikan fasilitas hotel buat menginap dan akan diberangkatkan dengan pesawat Lion jam 7.40 pagi. Pemberian fasilitas hotel ini nggak masuk akal sih, kondisi saat itu jam 4 pagi dan nggak mungkin balik ke hotel. Penumpang meminta jaminan bahwa kami benar akan diberangkatkan pagi itu. Tapi pihak Lion Air tidak bisa memberi jaminan. Saya minta bantuan ke petugas keamanan bandara yang berdiri menjaga area, tapi mereka bilang tugas mereka adalah mediasi saja karena keputusan tetap di pihak Lion Air.Â
Setelah suasana tenang karena penumpang yang marah sudah keluar, kami mendekati petugas Lion yang tersisa dan meminta kepastian. Si petugas memberikan info sama, yaitu kami akan diberangkatkan jam 7.40 pagi. Si petugas ini mengantar kami ke ruang tunggu bandara. Harap-harap cemas, saya dan penumpang lain menunggu di ruang tunggu. Cuma ini yang bisa kami lakukan. Jam 7 pagi, petugas counter mengumumkan agar penumpang JT027 masuk ke pesawat. Setelah menunggu 30 menit, pesawat berangkat ke Jakarta. Saya lelap di pesawat… tepar. Ketika akhirnya pesawat sampai dengan selamat di bandara Soetta, saya tak pernah merasa sebegitu bahagianya melihat Jakarta.Â