Anak-anak sering mengajari kita banyak hal. Soal keteguhan hati dan pantang menyerah meraih mimpi. Adalah Jani Lasa, anak usia sekolah dasar di sebuah daerah di pulau Batam.
Terlahir dari keluarga yang hidup teramat sederhana di era tahun 1950-1960, anak kedua dari empat bersaudara. Ayahnya yang seorang nelayan mengajari Jani bersampan ke tengah laut mencari ikan. Masa itu di pulau Batam memang kebanyakan penduduknya adalah nelayan yang memiliki sampan. Ikan yang berhasil ditangkap dijual ke Singapura beserta bahan pokok lain seperti kelapa kering.
Bapak Lasa, ayah Jani, adalah seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya dan berupaya memenuhi kebutuhan anak-anaknya sekuat tenaga. Ibu Jani, Rubiah, adalah seorang ibu rumah tangga yang membantu penghasilan keluarga dengan menjual ramuan obat.
Karena penghasilan dari menjala ikan tidak seberapa, Jani sang bocah terpaksa bersekolah dengan tidak menggunakan sepatu. Jani memendam keinginan untuk memiliki sepatu idamannya, namun di sisi lain ia tak ingin menambah beban orang tuanya.
Pemeran tokoh Jani Lasa adalah Daffa Permana. Asing dengan nama ini? Wajar... karena Daffa adalah anak asli Batam yang baru kali ini main film. Anak-anak di film ini semuanya memang anak-anak Batam.
Mereka di casting khusus untuk main di film ini. Sengaja menggunakan anak-anak asli Batam karena dialek yang digunakan adalah bahasa Melayu, jadi lebih mudah untuk mereka. Tujuan lainnya adalah ingin memberi kesempatan pada anak-anak ini untuk menunjukan bakatnya. Meski mereka baru pertama kali berakting tapi akting mereka cukup bagus kok.
Sementara mbak Ananda Lontoh mengatakan hanya ada sedikit kesulitan mengenai dialek yang diucapkan karena melayu banget. Sayangnya selama syuting di Batam, mbak Ananda belum sempat mengeksplor pulau Batam karena sedikitnya waktu luang yang ia punya. Oh iya... film ini dibuat saat bulan Ramadhan.Â
Ada pemain dari Malaysia juga di film ini seperti Dato Ahmad Tamimi karena diceritakan bahwa Jani Lasa ingin dibawa ke Kuala Lumpur tapi karena tak mau berpisah dengan ibunya, Jani menolak. Film  ini rencananya juga akan diputar di negara tetangga seperti Malaysia.
Pesan baik memang harus disebarkan dan film Mimpi Anak Pulau sarat dengan pesan baik bahwa untuk mencapai cita-cita itu janganlah gampang menyerah. Setiap kesulitan pasti ada jalannya dan kesuksesan adalah hak setiap orang, tinggal kita mau mencapainya atau tidak.
Sebagai seorang anak, wajar jika Jani merengek minta dibelikan sepatu yang diidamkan tapi itu tidak dilakukan Jani. Ia membantu ibunya mencari uang dengan cara berjualan nanas di sekolahnya. Hidup yang kekurangan membuat ibu Rubiah terpaksa merelakan anak perempuannya untuk tinggal bersama salah seorang saudaranya.
Lagi-lagi hidup terpisah dengan adik kesayangannya tak membuat Jani sedih karena life must go on... hidup harus terus berjalan. Tubuh kecil Jani harus bermandi asap hitam saat ia dan kakaknya bekerja di pabrik pengolahan arang.
Tak terasa, Jani lulus sekolah dasar dengan nilai cemerlang. Jani memang anak yang pintar walaupun di kelas sering tidur saat guru sedang sibuk menerangkan pelajaran. Setelah menolak permintaan saudaranya yang ingin membawanya ke Kuala Lumpur, Jani mengutarakan niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke PGA (Pendidikan Guru Agama) di Tanjung Pinang.
Ibu Rubiah tentu tak langsung mengiyakan permintaan anaknya. Tanjung Pinang itu jauh, harus menyebrang lautan lepas dan transportasi yang mereka punya hanya sampan peninggalan ayahnya. Ekspresi ibu yang khawatir sangat apik dimainkan oleh Ananda Lontoh.
Maka berangkatlah Jani dan sang Kakak ke Tanjung Pinang. Berdua mereka bergantian mendayung sampan ke kota yang tak pernah mereka datangi sebelumnya. Anak-anak sekolah sebaiknya menonton film ini agar mereka tahu bahwa masih ada anak-anak yang menempuh perjalanan sangat sulit demi mendapat pendidikan jadi mereka menghargai yang namanya "belajar".
Bagaimana perjalanan Jani dan sang kakak? Sampaikah mereka ke Tanjung Pinang? Bisakah Jani bersekolah di PGA impiannya? Silakan dilihat langsung ya di film yang akan tayang 18 Agustus 2016 di bioskop ini jangan lupa... bawalah adik atau anak Anda serta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H