Mohon tunggu...
Ya Yat
Ya Yat Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

Penyuka MotoGP, fans berat Valentino Rossi, sedang belajar menulis tentang banyak hal, Kompasianer of The Year 2016, bisa colek saya di twitter @daffana, IG @da_ffana, steller @daffana, FB Ya Yat, fanpage di @daffanafanpage atau email yatya46@gmail.com, blog saya yang lain di www.daffana.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film Mimpi Anak Pulau, Kisah Nyata Jani Lasa Mengejar Mimpi

15 Agustus 2016   19:11 Diperbarui: 15 Agustus 2016   19:34 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Adegan di Mimpi Anak Pulau (dok.youtube)"
"Adegan di Mimpi Anak Pulau (dok.youtube)"
Dalam film ini dikisahkan Jani kecil menyadari hidup jadi lebih berat saat sang ayah meninggal dunia. Jani tak ingin sedih berkepanjangan, ada keluarga yang butuh bantuannya.

Sebagai seorang anak, wajar jika Jani merengek minta dibelikan sepatu yang diidamkan tapi itu tidak dilakukan Jani. Ia membantu ibunya mencari uang dengan cara berjualan nanas di sekolahnya. Hidup yang kekurangan membuat ibu Rubiah terpaksa merelakan anak perempuannya untuk tinggal bersama salah seorang saudaranya.

Lagi-lagi hidup terpisah dengan adik kesayangannya tak membuat Jani sedih karena life must go on... hidup harus terus berjalan. Tubuh kecil Jani harus bermandi asap hitam saat ia dan kakaknya bekerja di pabrik pengolahan arang.

Tak terasa, Jani lulus sekolah dasar dengan nilai cemerlang. Jani memang anak yang pintar walaupun di kelas sering tidur saat guru sedang sibuk menerangkan pelajaran. Setelah menolak permintaan saudaranya yang ingin membawanya ke Kuala Lumpur, Jani mengutarakan niatnya untuk melanjutkan pendidikan ke PGA (Pendidikan Guru Agama) di Tanjung Pinang.

Ibu Rubiah tentu tak langsung mengiyakan permintaan anaknya. Tanjung Pinang itu jauh, harus menyebrang lautan lepas dan transportasi yang mereka punya hanya sampan peninggalan ayahnya. Ekspresi ibu yang khawatir sangat apik dimainkan oleh Ananda Lontoh.

Ray Sahetapy (dok.yayat)
Ray Sahetapy (dok.yayat)
Keteguhan Jani pada keinginannya akhirnya mencairkan kekerasan hati ibu Rubiah. Terpaksa ia merestui perjalanan Jani yang diantar kakaknya pergi ke Tanjung Pinang demi mendapat pendidikan tinggi yang bisa mengubah kehidupan mereka kelak. Pesan ibu Rubiah hanya satu... jangan pernah tinggalkan sholat.

Maka berangkatlah Jani dan sang Kakak ke Tanjung Pinang. Berdua mereka bergantian mendayung sampan ke kota yang tak pernah mereka datangi sebelumnya. Anak-anak sekolah sebaiknya menonton film ini agar mereka tahu bahwa masih ada anak-anak yang menempuh perjalanan sangat sulit demi mendapat pendidikan jadi mereka menghargai yang namanya "belajar".

Bagaimana perjalanan Jani dan sang kakak? Sampaikah mereka ke Tanjung Pinang? Bisakah Jani bersekolah di PGA impiannya? Silakan dilihat langsung ya di film yang akan tayang 18 Agustus 2016 di bioskop ini jangan lupa... bawalah adik atau anak Anda serta. 

Jani dan adiknya (dok.youtube)
Jani dan adiknya (dok.youtube)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun